KUJATAMA - Natural Mineral Zeolite Industry Traffic Exchange with 1,460,000+ members Adsense Indonesia adf.ly - shorten links and earn money!

ZEOLIT, SI MURAH BERKHASIAT TINGGI UNTUK KEBUN SAWIT

Penelitian aplikasi zeolit dilakukan pada pembibitan kelapa sawit untuk mengetahui pengaruhnya terhadap medium tanam dan pertumbuhan serta serapan hara bibit kelapa sawit ....Readmore

MANFAAT ZEOLITE PADA TANAH, TANAMAN, TERNAK DAN TAMBAK

Dengan majunya penemuan teknologi, zeolite disebut dengan nama mineral serba guna, karena fungsinya yang sangat beraneka ragam, .... Readmore

NATURAL ZEOLITE FOR RADIATION PROTECTION

Toxic nuclear radiation is being spread all around our world due to many reactors malfunctioning or spilling their deadly load into the environment. Radiation can .... Readmore

MEMBUAT FILTER AIR SEDERHANA DENGAN ZEOLITE

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena itu jika kebutuhan akan air tersebut belum tercukupi maka dapat memberikan dampak .... Readmore

HZP (Soil Conditioner)

Solusi memperbaiki lahan, meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian. Terdaftar.....Readmore.

Showing posts with label organic fertilizer. Show all posts
Showing posts with label organic fertilizer. Show all posts

Saturday 29 September 2018

10 Tahapan Membuat Nutrisi Hidroponik Alami

10 Tahapan Membuat Nutrisi Hidroponik Alami
Cara Membuat Nutrisi Hidroponik Alami 
Bahan dan alat: 

  •  30 kg jerami / dedaunan 
  • 1 karung kotoran ayam / kambing 
  • 1/2 karung dedak / bekatul 
  • 100 gr gula merah 
  • 50 ml bioaktivator (EM1, EM4 atau GP-1) 
  • Ember kapasitas 100 L 
  • Selang aerator transparan diameter 0,5 cm 
  • Botol plastik air mineral volume 1 L 
  • Air bersih 
Cara membuat nutrisi hidroponik: 
  1. Tutup ember dengan diberi lubang sebesar selang. 
  2. Potong-potong halus jerami, campurkan dengan kotoran ayam dan dedak. 
  3. Masukkan campuran bahan organik tersebut ke dalam ember yang sudah kedap udara.Tambahkan air dengan perbandingan 2 : 1. 
  4. Aduk campuran tersebut secara perlahan hingga semua larut. 
  5. Di tempat lain, larutkan bioktivator dan gula merah ke dalam 5 liter air. Aduk hingga rata. 
  6. Masukkan larutan bioktivator ke dalam ember plastik kedap udara. Tutup rapat ember. 
  7. Masukkan selang aerator pada tutup ember. Pada tahap ini, pastikan tidak ada celah di ember. Anda bisa gunakan plester rekat. 
  8. Isi 3/4 botol plastik dengan air. Masukkan selang aerator sisi lainnya ke dalam botol. Proses ini akan berlangsung secara anaerob. 
  9. Diamkan selama 7-10 hari. Larutan dikatakan berhasil apabila sudah tercium aroma hasil fermentasi dari ember. 
  10. Setelah tahapan fermentasi selesai, saring larutan tersebut dengan saringan kain. Ampas larutan yang telah di saring bisa anda gunakan untuk membuat pupuk organik padat. 
Demikian 10 Tahapan Membuat Nutrisi Hidroponik Alami yang bisa anda coba di rumah. Tentu, dengan membuat nutrisi hidroponik sendiri, jauh lebih aman dan ramah lingkungan meskipun sedikit dibuat repot.

CIKEMBAR NATURAL ZEOLITE PRODUCT 

KUJATAMA Zeo Chips
KUJATAMA Zeo Granular
KUJATAMA Zeo Powder
KUJATAMA Zeo Filter Media
KUJATAMA Zeo Green Stone

NATURAL ZEOLITE CIKEMBAR WHOLESALE 
Large quantity orders for pallets and truckloads can be processed through the following contacts:

Indonesian and International Orders 

Andi Setiapermana
(62) 8381-8915-522
(62) 8521-3871-191
  (62) 8586-3093-505  (WA Only)

7 Cara Menanam Hidroponik Sederhana

7 Cara Menanam Hidroponik Sederhana
Menanam Hidroponik merupakan cara bercocok tanam menggunakan air. Sehingga tidak membutuhkan laha yang luas. Secara sederhana hidroponik diartikan sebagai budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah, dan hanya menggunakan media, air serta nutrisi. Hidroponik merupakan bentuk dari pertanian organik seperti juga cara menanam kacang hijau hidroponik.

Hasil tanaman dari budidaya secara hidroponik di klaim lebih sehat, karena selama masa budidaya tidak menggunakan pestisida atau bahan kimia lain yang berbahaya. Tentu saja hal ini sejalan dengan pola perilaku hidup sehat yang telah banyak menjadi gaya hidup masyarakat. Kepedulian akan kesehatan semakin meningkat hal itu ditunjukkan dengan pola konsumsi yang mulai berubah.

Masyarakat kini kian menyadari dan mulai berubah untuk sebisa mungkin mengkonsumsi makanan yang organik. 

Terdapat banyak jenis tanaman yang bisa dibudidayakan secara hidroponik. Sayuran seperti bayam, kangkung, sawi, tomat, cabai dan banyak lagi jenis sayuran lain.

Banyak sumber yang mengatakan bahwa budidaya hidroponik membutuhkan banyak biaya dan tentunya dengan peralatan dan perlengkapan yang harus memadai namun tidak pada cara menanam hidroponik dengan botol.

Sebenarnya dengan metode sederhanapun anda sudah bisa menanam sayuran secara hidroponik. Metode hidroponik sederhana ini biasa dipakai oleh masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Karena tidak memiliki lahan yang memadai maka metode hidroponik merupakan cara yang paling tetap untuk tetap bisa menikmati sayuran menyehatkan.

erikut 7 cara menanam hidroponik sederhana di pekarangan dengan sistem wick . Simak selengkapnya .

  • Mempersiapkan Alat dan Bahan 
 Untuk dapat membuat tanaman hidroponik sederhana alat dan bahan yang diperlukan juga relatif sederhana. Kita bahkan dapat menemukannya di sekitar kita seperti cara budidaya hidroponik sayuran.
Alat dan Bahan

Berikut alat dan bahan yang harus anda siapkan antara lain sebagi berikut :
  1. Botol plastik bekas air mineral 
  2. Kain bekas untuk sumbu (rekomendasi kain flanel) 
  3. Gelas Plastik Bekas air mineral 
  4. Nutrisi hidroponik
  5. Media tanam (rockwoll, pasir zeolite, arang sekam, pilih yang paling mudah di temukan) 


  • Membuat Hidroponik Dengan Sistem Wick 
 Setelah alat dan bahan siap maka langkah selanjutnya adalah membuat media hidroponik. Sistem wick merupakan metode sederhana dalam bertanam secara hidroponik seperti dalam cara budidaya cabe hidroponik.

Sistem ini juga merupakan metode bertanam hidroponik paling mudah, murah, dan sangat cocok bagi pemula atau para hobiis tanaman indoor. Berikut tahapan lengkap membuat media tanam hidroponik sederhana dengan sistem wick.
Sistem WICK
  1. Potong botol mineral menjadi dua bagian. 
  2. Lubangi bagian atas leher di dua sisi, untuk memudahkan anda bisa menggunakan paku yang di panaskan atau menggunakan solder. 
  3. Masukkan sumbu yang sudah di potong melalui kedua lubang yang telah dibuat tadi. 
  4. Isi pada bagian atas dengan media tanam (rekomendasi menggunakan pasir zeolite)
  5. Pasangkan bagian atas botol dan bawah secara terbalik. 
  6. Media hidroponik sederhana anda sudah dapat digunakan. 
  • Menyemai Benih Menggunakan Rockwool 
Berikut cara menyemai bibit hidroponik paling mudah.
  1. Potong rockwool dengan ukuran 2.5×2.5 cm. 
  2. Basahi rockwool, namun jangan terlalu basah. Anda dapat mencipratkan air atau menyemprotkan air ke permukaan rocwool. 
  3. Buat lubang tanam pada bagian tengah rockwool menggunakan tusuk lidi dengan kedalaman kurang lebih 2mm. 
  4. Kemudian masukkan benih sayuran kedalam lubang tanam. 
  5. Setelah itu, tutup menggunakan plastik hitam dan simpan di ruangan yang gelap. 
  6. Setelah 1-2 hari benih akan mulai menunjukkan pertumbuhan dengan pecahnya biji dan tumbuhnya bakal akar dan bakal daun.
  7. Jika sudah demikian, maka anda harus segera membuka plastik penutup dan menjemurnya dibawah cahaya matahari langsung. 
  8. Anda harus menjemurnya setiap hari, namun setelah cuaca terik sebaiknya masukkan kembali bibit semai ke dalam ruangan yang teduh. 
  9. Jika media rockwool sudah terlihat kering maka sebaiknya siram menggunakan air yang di semprotkan ke media. 
  10. Saat tanaman telah menghasilkan daun sejati, maka saat itu bibit telah siap dipindahkan media tanam hidroponik.
  • Membuat Larutan Nutrisi 
 Setelah bibit siap dipindahkan maka larutan nutrisi harus disiapkan. Dalam budidaya tanaman hidroponik larutan nutrisi merupakan hal utama yang dapat menunjang pertumbuhan optimal bagi tanaman. Ada banyak merk nutrisi untuk hidroponik yang ditawarkan secara online ataupun panduan Cara Membuat Nutrisi Hidroponik Alami. Tinggal cari di mbah google.
  • Pindah Tanam Ke Media Tanam Hidroponik 
 Tahap selanjutnya adalah memindahkan bibit ke media tanam. Pemindahan ini tidak membutuhkan keahlian khusus seperti juga keuntungan hidroponik di bidang ekonomi , tentunya ada beberapa hal yang patut anda perhatikan seperti dibawah ini :
  1. Siapkan media hidroponik yang telah dibuat sebelumnya.
  2. Isikan larutan nutrisi kebagian bawah botol. 
  3. Pindahkan rockwool yang berisi bibit tanaman ke bagian atas media yang sudah dipasangi sumbu kain flanel. 
  4. Pasangkan bagian atas dan bagian bawah media hidroponik. 
  5. Finally tanam hidroponik secara sederhana sudah selesai, namun tentunya untuk bisa memberikan hasil panen tanaman harus di rawat. 
  • Perawatan Tanaman Hidroponik 
 Perawatan tanaman hidroponik relatif lebih mudah dibandingkan dengan budidaya konvensional seperti manfaat hidroponik bagi kehidupan manusia. Dalam budidaya hidroponik, anda tidak perlu melakukan pemupukan, penyiraman, penjarangan dan penyiangan. Kunci dari menanam hidroponik sederhana adalah larutan nutrisi.

Jangan sampai larutan nutrisi sampai habis. Segera ganti saat larutan telah sedikit. Untuk dosis anda juga harus meningkatkannya secara bertahap. Karena semakin besar tanaman makan kebutuhan akan nutrisi juga semakin besar.

Botol media hidroponik juga rawan ditumbuhi lumut, sehingga anda harus rutin membersihkannya. Saat menganti larutan nutrisi anda bisa sekaligus membersihkan lumut yang menempel.
  • Panen 
 Masa panen tergantung jenis tanaman yang ditanam. Namun, secara umum kebanyakan tanaman sayuran berumur pendek dapat dipanen 30-45 hari setelah semai.

Saat sayuran siap panen maka segera lakukan pemanenan dengan cara memotong atau mencabut tanaman dari media rockwool merupakan keuntungan hidroponik dalam pertanian .

Lakukan dengan hati hati agar tidak merusak sayuran. Setelah dipanen, simpan hasil panen di tepat yang teduh agar tetap segar.

Itulah tadi, 7 cara menanam hidroponik sederhana di pekarangan dengan sistem wick. Hidroponik menjadi salah satu bentuk budidaya dalam pertanian modern. Dimana hasil panen yang dihasilkan akan lebih bersih, higenis dan sehat. Tentu saja hal ini juga menjadi alternatif untuk bisa tetap bertani meskipun dengan lahan yang terbatas.

Friday 5 January 2018

8 Cara Budidaya Sawit Unggulan

Budidaya Kelapa Sawit Unggul bertujuan untuk mendapatkan buah sawit yang banyak dan berlimpah sebagai hasil panennya. Banyak petani yang masih belum merasakan panen kelapa sawit yang hasilnya melimpah. Namun tidak sedikit pula para petani yang telah marasakan bagaimana hasil usahanya bisa berbuah seperti harapan, yaitu dengan panen sawit yang banyak dan berlimpah. 

Siapa yang tidak mau jika perkebunan sawitnya memiliki hasil yang melimpah? Kali ini kita akan mencoba menjelaskan bagaimana cara Budidaya Kelapa Sawit Unggul supaya produksi buah sawit menjadi banyak, perkebunan sawit Anda melimpah. 

Berbagai macam cara pasti sudah anda tempuh supaya buah sawit mejadi banyak dan setiap panen dengan harapan berton-ton beratnya, namun terkadang harapan tidak sesuai dengan kenyataan yang Anda dikebun sawit Anda. 

Dari berdisikusi dengan teman anda yang sudah lama memiliki perkebunan sawit hingga browsing di internet namun hasil sawit anda masih juga kurang memuaskan, untuk untuk silahkan anda simak 8 poin penting dalam merawat sawit agar buah banyak dibawah ini. 

  • Suaikan dengan Lingkungan 

Pada setiap daerah tentunya memiliki struktur tanah dan tingkat kesuburan yang berbeda-beda hal inilah yang membuat para petani harus menyesuaikan perawatan perkebunan sawitnya sesuai dengan lahanya berada. 
Misalnya saja pada tanah gambut atau pada tanah merah, dengan tekstur tanah yang berongga seperti ini akan membutuhkan unsur hara mikro Cu dan Fe yang lebih besar apabila dibandingkan dengan tanah dilahan mineral atau tanah biasa. 
Pada tanah yang memproduksi air berwarnah merah seperti teh ini memerlukan sistem perairan yang baik, tidak boleh lahan yang sering tergenang air karena bisa berpengaruh dengan daya tahan akar. 
Jadi intinya adalah untuk petani yang menanam sawit di lahan gambut harus extra didalam perawatanya, tapi kelebihan di tanah bergambut adalah hasil panen akan lebih banyak apabila bibit dan perawatanya bagus. 

  • Gunakan Alat Berteknologi Tinggi (Jika perlu) 

Memang hal ini tidak dianjurkan jika anda seorang petani yang baru mencoba keberuntungan di dunia pertanian, saya tidak menyarankan hal ini tetepi apabila anda sedikit ingin berinvestasi di masa mendatang tidak ada salahnya anda mencoba alat-alat perkebungan yang lebih modern. 
Peralatan mekanis mampu memberikan hasil yang lebih maksimal. Jadi sebagai seorang investor, Anda sebaiknya mulai memperbaharui informasi mengenai peralatan pertanian yang modern ini dan membelinya jika memang benar-benar diperlukan untuk menunjang budidaya kelapa sawit agar lebih baik. 
  • Pengendalian Gulma secara Intensif 

Gulma merupakan tanaman pengganggu yang tumbuh di sekitar pohon kelapa sawit. Gulma yang paling berbahaya yaitu gulma kelas A seperti bambu, pisang, ilalang, senduduk, dan sebagainya. 
Rutin membersihkan Gulma yang mengganggu di area perkebinan anda, memang hal ini kadang paling sering di abikan oleh banyak petani karena mereka berpendapat selagi gulma ini tidak menghalangi jalan meraka maka tidak akan dibuang tentu ini merupakan kesalahan yang fatal, gulma tersebut bisa mengambil unsur-unsur yang dibutuhkan oleh sawit sehingga banyak pohon sawit yang tidak optimal hasil panenya.  

  • Rutin membersihkan Hama dan Penyakit 


Sawit memang dikenal dengan tanaman yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit tidak heran jika sawit dijadikan pilihan untuk banyak petani di indonesia selain perawtanya tidak terlalu sulit sawit juga merupakan salah satu investasi yang cepat balik modal. 
Hama dan penyakit tersebut dapat menyerang sekujur pohon kelapa sawit mulai dari akar, batang, pelepah, daun, bunga, hingga buah. Pemberantasan yang tepat terhadap hama dan penyakit sejak dini dapat mempertahankan produktifitas pohon kelapa sawit
  • Pemupukan dengan Jadwal dan Dosis yang Tepat 

Semakin banyak pupuk semakin banyak pula buah sawit nantinya, ini merupakan pendapat yang salah. Untuk memupuk sawit bukan banyak atau sedikitnya pupuk yand ada tebarkan dibawah pohon sawit tetapi keteraturan serta memilih pupuk yang tepatlah menjadi kunci utamanya. 
Sebaiknya anda jadwalkan pemupukan sawit anda untuk hasil yang lebih optimal, jangan terbawa nafsu untuk memberi pupuk dilahan sawit anda, karena bisa-bisa pupuk malah membuat sawit anda menjadi kering dan mati. 
Jenis pupuk yang sering digunakani pada budidaya kelapa sawit antara lain Urea, ZA, KCI, Zeolite, TSP, dan borate. Beberapa petani juga memberikan pupuk berupa cuprum dan ferrit. 


  • Penunasan atau Aturan Pelepah Sawit 

Banyak petani yang tidak mengetahui tentang penunasan atau aturan dalam membuang pelepah sawit yang benar, berapa tingkat (songgo) yang di anjrukan. Padahal penunasan merupakan untuk meningkatkan produksi buah, struktur pohon yang sesuai serta bertujuan untuk membersihkan. 

Saya coba menjabarkan dibawah ini. 
  • Tanaman kelapa sawit berumur < 9 tahun tunasan harus songgo 3 
  • Tanaman kelapa sawit berumur 9 – 15 tahun tunasan songgo 2 
  • Tanaman kelapa sawit berumur >15 tahun tunasan songgo 1 
Sekarang anda sudah mengetahui aturan dalam aturan pelepah yang baik, tinggal anda mengaplikasikan di perkeunan anda.

  • Pemanenan yang Benar 

Dalam memanen buah sawit anda harus melakukan dengan berhati-hati karena jika anda salah atau semberono bisa berakibat fatal dengan keberlangsungan sawit anda kedepanya. 
Efek yang paling ditakuti para petani dalam kesalahan menanen adalah tidak adanya bakal buah untuk panen berikutnya, ini biasanya terjadi tanam sawit anda mengalami guncangan yang keras, mengalami luka pada tubuh selain tangkai buah akibatnya tanam sawit menjadi setres dan enggan untuk berbuah di musim berikutnya. 
  • Jangan Lupa Berdoa 

Yang ke delapan ini bunus tips dari kami, memang terdengar agak menyimpang dari tips sebelumnya namun percayalah kata Bang Haji Roma Irama “Berusaha jangan lupa disertai dengan Doa” Jika anda sudah melakukan ke 7 hal diatas tetapi anda mengabaikan poin 8 maka jangan heran hasil yang anda dapatkan tidak sesuai dengan harapan. Cukup sekian tips cara agar sawit berbuah banyak setiap musimnya. Semoga cara-cara agar berbuah banyak tersebut bisa bermanfaat bagi anda.

Sunday 13 April 2014

Zeolit, Bahan Pembenah Tanah

Mesin Pembakaran Zeolite Granular
Tanaman padi merupakan sumber pokok bahan pangan di Indonesia. Dengan demikian areal pertanaman padi paling banyak mengalami degradasi tingkat kesuburan. Kesuburan ini dapat digolongkan dalam tiga kelompok yaitu: kesuburan fisika, kimia dan biologi. Menurunnya kesuburan lahan pertanaman padi merupakan ancaman bagi kelanjutan ketersediaan pangan secara nasional. 

Untuk mengatasi menurunnya kesuburan tanah ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Termasuk dengan cara memberikan bahan pembenah tanah. Bahan pembenah tanah ini antara lain adalah batuan alami zeolit.  

Batuan zeolit adalah mineral alami berbahan dasar kelompok alumunium silikat yang terhidrasi logam alkali dan alkali tanah (terutama Na dan Ca). Batuan ini berwama abu-abu sampai kebiru-biruan. Para ahli mineralogi menyatakan zeolit mengandung lebih dari 30 mineral alami. Diantaranya: Natrolit, Thomsonit, Analit, Hendalit, Clinoptilotit dan Mordernit

Abu Vulkanis 

Mineral ini berasal dari tufa abu vulkanis. Pertama kali ditemukan oleh mineralogist Swedia, Axel Frederick Crontstedt. Nama zeolit sendiri berasal dari bahasa Latin yang artinya batu yang mendidih. Karena salah satu karakternya melepas air yang dikandungnya waktu dipanaskan sehingga nampak seperti batu yang mendidih. Dengan pemanasan sampai 500 derajat C maka zeolit akan mengalami aktifasi, berupa kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi. Kemampuan mengikat kation inilah yang akan banyak dibahas dalam penulisan masalah zeolit ini. 

Dalam Dunia Pertanian 

Pemanfaatan zeolit di Indonesia masih terbatas, karena belum semua masyarakat tani Indonesia menyadari manfaatnya. Yakni sebagai bahan pembenah tanah. Salah satu sifat kimia dari zeolit adalah kemampuannya mengikat kation yang tinggi. Dalam ilmu tanah disebut dengan KPK (Kapasitas Pertukaran Kation). Nilai KPK dari zeolit ini adalah 120 me/100 gr. 

Nilai KPK ini merupakan parameter tingkat kesuburan suatu jenis tanah. Maka apabila zeolit yang sudah diproses kemudian diberikan pada lahan pertanian akan meningkatkan nilai KPK tanah sekaligus meningkatkan kesuburan tanah. Nilai KPK ini akan menentukan kemampuan tanah untuk mengikat (mengawetkan) pupuk yang diberikan. 

Misalnya tanah dipupuk dengan Urea. Dalam tanah urea akan membentuk ion amonium (NH4+), ion ini apabila tidak diikat oleh tanah (zeolit) maka akan terbuang percuma lewat air irigasi. Dengan demikian unsur hara yang diberikan lewat pemupukan akan lebih efisien apabila tanah pertanian diberi zeolit. Zeolit tidak hanya mengawetkan unsur N saja, tetapi juga K, Ca dan Mg. 

Kemampuan mengawetkan pupuk ini berarti akan menghemat beaya pemupukan. Secara kasar petani di eks Karesidenan Surakarta bisa menghitung apabila menggunakan zeolit maka akan menghemat pupuk sekitar 30 % dari dosis yang diberikan. Hal ini tanpa mengurangi produksi tanaman padi. Bahkan untuk tanah dengan kandungan P sedang sampai cukup selama tiga musim tanam berturut-turut petani tidak menggunakan pupuk P (TSP atau SP 36), hanya dengan menambahkan zeolit pada pupuk mereka. 

Bahkan karena realitas di atas ada sebagian petani yang beranggapan bahwa zeolit bisa menggantikan peran pupuk P sebagai pupuk dasar. Sebenarnya dari produsen sudah mencantumkan dalam kemasan tentang penggunaan zeolit tersebut. Bahwa zeolit adalah bahan pedamping pupuk Urea, SP-36 dan KCI, bukan pengganti pupuk tersebut. Tetapi dalam bahasa bisnis sering dikatakan sebagai pupuk dasar (pupuk P) yang murah......

Kandungan Utama 

Secara kimia kandungan zeolit yang utama adalah: Si02 = 62,75%; A1203 =12,71 %; K20 = 1,28 %; CaO = 3,39 %; Na2O = 1,29 %; MnO = 5,58 %; Fe203 = 2,01 %; MgO = 0,85 %; Clinoptilotit = 30 %; Mordernit = 49 %. Sedangkan nilai KPK antara 80 - 120 me/100 gr, nilai yang tergolong tinggi untuk penilaian tingkat kesuburan tanah. Nilai KPK ini akan menentukan kemampuan bahan tersebut untuk menyimpan pupuk yang diberikan sebelum diserap tanaman.

Secara umum fungsi zeolit bagi lahan pertanian adalah:
  • Meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air irigasi lahan persawahan. 
  • Menjaga keseimbangan pH tanah. 
  • Mampu mengikat logam berat yang bersifat meracun tanaman misalnya Pb dan Cd. 
  • Mengikat kation dari unsur dalam pupuk misalnya NH4+ dari urea K+ dari KC1, sehingga penyerapan pupuk menjadi effisien (tidak boros). 
  • Ramah lingkungan karena menetralkan unsur yang mencemari lingkungan.
  • Memperbaiki struktur tanah (sifat fisik) karena kandungan Ca dan Na. 
  • Meningkatkan KPK tanah (sifat kimia). 
  • Meningkatkan hasil tanaman. 

Bila dibandingkan dengan bahan organik dalam fungsinya sebagai pemantap tanah, maka zeolit akan lebih unggul. Secara teknis sebenarnya bahan organik juga bisa menggantikan peran zeolit. Tetapi ada beberapa kelemahan dari bahan organik sehubungan dengan aplikasinya di lahan pertanian. Kelemahan itu antara lain bahan organik akan melepaskan asam-asam organik yang akan menurunkan pH tanah. Menurunnya pH tanah berarti menurun pula tingkat kesuburan tanah.

Bahan organik juga mempunyai sifat mengikat dan tidak akan melepaskan unsur-unsur mikro (chellating agent) sehingga tanaman kekurangan unsur mikro (Fe, Mn, Cu dan Mo). Kemudian dalam aplikasinya sulit disosialisasikan pada tingkat petani, karena kuantitasnya yang besar dan tidak semua petani memiliknya.

Tetapi dengan menggunakan zeolit maka petani akan lebih mudah dalam aplikasinya di lahan pertanian. Disamping karena harganya murah juga dapat dipakai dengan mudah dan ringkas.

Penggunaan zeolit dalam lahan pertanian ibarat memberi makan tanaman dengan wadahnya. Jadi apabila tanah diberi pupuk dengan tambahan zeolit, maka ibaratnya zeolit adalah wadahnya dan pupuk adalah makanannya. Dengan demikian pupuk (makanan) yang diberikan pada tanaman akan selalu tersedia dan awet karena tidak tercecer kemana-mana.

 Tambang Zeolit 

Potensi bahan tambang zeolit di Indonesia sangat melimpah. Hampir setiap daerah yang memiliki pegunungan kapur maka disitulah kaya akan zeolit. Kebanyakan zeolit di Indonesia didominasi oleh jenis mineral Mordernit dan Klinoptilotit. Misalnya untuk Jawa Barat bagian selatan terdapat di Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Untuk dapat dipakai sebagai bahan pembenah tanah maka zeolit harus diproses terlebih dahulu.
Proses tersebut secara sederhana dapat dirangkai sebagai berikut:
  1. Penambangan dari areal tambang berupa batuan bongkah-bongkah batu zeolit yang berwarna kelabu sampai hijau tua diambil dari lokasi penambangan. 
  2. Aktifasi berupa pemanasan seperti layaknya membakar batu kapur. Dikehendaki untuk menjadikan zeolit menjadi mineral aktif maka dipanaskan pada suhu minimal 500 derajat C. 
  3. Penghancuran (chrussing). Dengan menggunakan jaw chrusser maka dari bongkah-bongkah batuan zeolit dipecah menjadi ukuran yang lebih kecil. 
  4. Penghalusan (grinding dan screening). Proses ini bertujuan untuk mendapatkan bentuk tepung dari batuan zeolit. Ukuran yang dikehendaki untuk keperluan pertanian antara 80-100 mesh. Sedangkan untuk keperluan industri di atas 300 mesh. 
  5. Granulasi. Untuk memudahkan aplikasi di lahan pertanian maka dari bentuk tepung dibuat butiran (granulair). Ukuran granulasi ini biasanya antara 3 mm-5 mm. Bentuk butiran ini akan segera larut bila berada dalam air sehingga akan cepat bereaksi dengan pupuk yang diberikan. 
  6. Pengemasan. Guna memudahkan dalam pengangkutan maka dari bentuk butiran ini dikemas dalam karung dengan berat 50 kg. Kemudian diberi merk sesuai dengan keinginan masing-masing perusahaan. Dianjurkan untuk penggunaan pada tanah yang berpasir berukuran 100 mesh atau lebih sedangkan untuk tanah tekstur lempungan ukurannya di bawah 100 mesh. 

Prospek Pengembangan 

Suatu langkah terobosan yang patut diperhatikan penggunaan zeolit sebagai pembenah tanah. Bagi daerah yang berpotensi untuk eksplorasi dan eksploitasi bahan tambang tersebut seyogyanya mulai berbenah diri. Memanfaatkan potensi alam tersebut untuk pengembangan dan pembangunan wilayah. Sebenarnya zeolit banyak diperlukan pada berbagai sektor industri. Mulai dari industri kertas, elektronika, deterjen, filter polutan dll. Bisa dihitung berapa juta ton pupuk bisa dihemat apabila penggunaan zeolit dicanangkan di seluruh Indonesia. (Ir Harjono-35)
Sumber : suaramerdeka.com

Wednesday 16 May 2012

Organic fertilizer options available to all



Organic Fertilizer
The continued volatility in price of fertilizer, combined with heightened regulatory scrutiny, will leave many growers scratching their heads as to which way to go to fertilize their 2010 crops.

Conventional farmers and organic farmers share a need for a low cost, highly efficient source of nutrition for their crops. Many of the fertilizers that meet organic certification may also work for conventional farmers who are looking for a low-cost, readily available source of N-P-K for their farms.

Two broad choices are available for conventional growers, organic and synthetic. For organic farmers, only the organic option is available.
Jeremy DeLisle, an Extension agent in western North Carolina, speaking at the recent North Carolina-South Carolina Fruit and Vegetable Growers annual meeting, says, “Transitioning to organic farming produces some soil fertility challenges that transcend the use of conventional bulk fertilizers to achieve optimum soil fertility.”

Organic farmers can and do use composts of plant and animal materials and uncomposted plant materials are allowed under Federal NOP (National Organic Program) guidelines. Raw manure can be used, but must be applied at least 120 days prior to harvesting most crops.

The most commonly shared manure-based fertilizer used by both conventional and organic farmers is chicken litter. Nutrient component varies widely from one chicken farm to another and there is variation from one poultry house to another on the same farm.

A typical load of chicken litter might contain something close to 75 pounds of nitrogen, 27 pounds of phosphorus and 33 pounds of potassium per ton. DeLisle gave an example showing that a ton of broiler litter from a North Carolina poultry house could contribute 15 pounds of ammonium, which would be available immediately for plant uptake.

The example might also contain 60 pounds of organic nitrogen, but only 30 percent or about 18 pounds of N was available to plants over the course of the first season. The sample contained 21 pounds of phosphorus and 26 pounds of potassium, of which a producer should expect approximately 70 percent to be available in year one. DeLisle stressed that having a waste analysis performed on the sample is the key to managing applications properly.

Dairy and beef manure are also commonly used fertilizer sources. Dairy manure, like chicken litter will vary in nutrient makeup, but will typically contain 10-15 pounds of NP and K per ton. Beef manure is consistently higher in nutrient content than dairy manure with 20-25 pounds of nitrogen and phosphorus and 30 pounds of potassium. One of the more popular families of fertilizers used by organic farmers is plant-based fertilizers, primarily plant meals. All of these materials are low in N-P-K content and would not be sufficient as a stand alone fertilizer in either organic or conventional crops.

Soybean meal has 6-1-4.2 percent, respectively, nitrogen, phosphorus and potassium. Cottonseed meal is 6-2-1, alfalfa meal is 4-3-1 and kelp meal is 1-0-2. Any of these meals can be used on organic crops, regardless of whether they came from plants grown certified organic. However, none of these meals can be used on certified organic crops, if they come from GMO crops.

Animal-based fertilizers available to both organic and conventional growers include blood meal, bone meal, feather meal and fish meal. Of these, feather meal (13-0-0) is highest in nitrogen and bone meal (1-13-0) is highest in phosphorus. Fish meal has a 9-3-1 percent NPK makeup and blood meal is 12-0-0.

Like cottonseed meal, these animal-based fertilizers will be slow release and the nitrogen component will not be immediately available to crops. Conventional growers using these products as fertilizer supplements or boosts, and organic growers using animal-based fertilizers, need to understand these materials are best used when combined with cover crops, rotation strategies and other cultural practices that take advantage of their slow release characteristics, DeLisle says.

Mineral-based fertilizers that are approved for use on organic crops are much closer to the fertilizers used on conventional farms. Organic growers need to double check these materials to be sure they are on the national list of approved chemicals for certified organic farms, DeLisle stresses. Even though these products may have on the label OMRI-approved, occasionally these materials don’t make it onto the national list, he adds. OMRI is Organic Materials Review Institute. The OMRI Products List is a directory of all products OMRI has determined are allowed for use in organic production, processing, and handling. Only products that have passed this review are included in the OMRI Products List and can display OMRI Listed Seal — the organization’s registered certification mark.

Sodium nitrate (16-0-0) is available to organic farms, but can only comprise 20 percent of the total N used in the certified organic system. Also known as Bulldog Soda, this product can burn plants, but is quickly and readily available to plants. DeLisle points out that this material, like many of the organically approved products, is difficult to find these days.

Rock phosphate is another option. It is low in phosphorus (0-3-0), but has a high (23 percent) calcium content. Likewise, potassium sulphate is high in potassium (0-0-50), but also has a high (18 percent) sulphur content. For specific crops under specific soil conditions these materials may be good options for either conventional or organic farms.

“For growers considering transitioning to certified organic production, I sometimes recommend they get soil testing done and apply conventional fertilizer to get the soil up to where it needs to be, then let it stay out of production for the three-year requirement to meet organic certification. In some cases investing a fourth year is cheaper than slowly building soil nutrition up with fertilizers approved for organic production,” DeLisle says.

Greensand is another option for both organic and conventional farmers because it has a good concentration of a number of micronutrients. It has good potassium content (0-0-7) and is a good source of slow release calcium. Greensand is a sand or sediment that consists of dark greenish grains of glauconite that is usually mixed with clay or sand. It is a natural mineral that opens up tight soil and binds loose soil. It is mined most intensively in New Jersey, Arkansas and Texas.

Gypsum (0-0-0) is also a good source of calcium (23 percent) and sulphur (17 percent). Gypsum from discarded building material and other sources is commonly used in the upper Southeast as a supplemental calcium source for Virginia type peanuts. Compost is a commonly used practice for small acreage organic farms. It is low in nutrient value, but on both conventional or organic farms, it brings in a good source of micronutrients, building soil biological activity and increase cation exchange capacity, according to DeLisle. Cation exchange capability is the soil particle’s ability to hold on to the nutrients needed by plants. Compost is sort of like a glue to bind nutrients to the soil, DeLisle explains.

Among the numerous data on soil test samples, most experts agree cation exchange is the least understood. Any element with a positive charge is called a cation and, for agricultural purposes, it refers to the basic cations, calcium (Ca+2), magnesium (Mg+2), potassium (K+1) and sodium (Na+1) and the acidic cations, hydrogen (H+1) and aluminum (Al+3). The CEC refers to the total amount of these positively charged elements that a soil can hold.

The cations are held on "exchange sites" where one cation can be exchanged for the same type or a different cation. The CEC is expressed in milliequivalents per 100 grams (meq/100g) of soil. The larger this number, the more cations the soil can hold. A clay soil will have a larger CEC than a sandy soil. In the Southeast, where there are highly weathered soils, the dominant clay type is kaolinite, which has very little capacity to hold cations compared to other clays.

In some areas of the Southeast one or more of these organic sources of fertilizer are available to farmers. With today’s volatility in fertilizer costs and other input costs, these may be good options for conventional farmers to consider.

Source : http://southeastfarmpress.com

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More