PT KARUNIA JAYA RAKSA
Phone / WhatsApp : + 62 8521 3871 191 ; Email : zeolitecikembar@gmail.com
Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Dengan Pembenah Tanah Zeolit
Di samping itu, masalah lambatnya pengembangan pembenah tanah zeolit di bidang pertanian disebabkan kurangnya koordinasi antara pemerintah dan swasta dalam melakukan upaya tindak lanjut untuk mencapai sasaran yang dituju. Pada situasi dan kondisi seperti itu akhirnya zeolit sebagai “mineral masa depan multi guna” banyak diekspor. Penyebab masalah kesulitan pengembangan zeolit masa lalu tidak hanya harus diungkap, tetapi juga harus dicari solusi pemecahan masalahnya dengan mencari informasi langsung dari petani.
Pengembangan pembenah tanah zeolit di bidang pertanian selama ini banyak dilakukan swasta. Apa yang dilakukan swasta tersebut sangat baik jika ada informasi yang lengkap tentang dimana dan berapa luas (calon lokasi) lahan pertanian yang terdegradasi. Sebenarnya yang mempunyai informasi calon lokasi lahan pertanian yang terdegradasi adalah pemerintah. Keterlambatan pemerintah untuk merumuskan kebijakan tentang pengembangan pembenah tanah dijadikan alasan swasta untuk mempromosikan produknya langsung ke petani. Sebagai contoh, jenis
Langkah swasta tersebut perlu disambut dengan baik, namun harus dipastikan terlebih dahulu mutunya. Zeolit yang bermutu baik dipastikan sudah lolos uji mutu (LUM) dan lolos uji efektivitas (LUE) dan mendapatkan Nomor Registrasi dari Pusat Perijinan dan Investasi (PPI) di Departemen Pertanian. Jika zeolit sudah lolos LUM dan LUE maka pada saat dilakukan demonstrasi plot (demplot), petugas PPL mengawal pelaksanaannya dengan sungguh-sungguh agar teknik demplot dilakukan dengan baik dan benar.
Jika tidak dilakukan pengawalan maka petani menentukan keinginannya sendiri, misal takaran pupuknya dikurangi disebabkan kekeliruan informasi bahwa zeolit dapat menggantikan peranan pupuk. Fakta menunjukkan bahwa hasil demonstrasi plot pembenah tanah zeolit yang dilakukan pada lahan pertanian milik petani ada yang menaikkan dan ada juga yang menurunkan gabah kering panen (GKP). Aplikasi Zeolit menaikkan hasil GKP, hal ini disebabkan ada petani yang memberikan pupuk kandang sebanyak 5 ton/ha, sehingga produksi GKP dapat mencapai 8.5 ton/ha. Peningkatan produksi GKP tidak hanya dipengaruhi pemberian pupuk kandang saja, tetapi jika dikombinasikan dengan zeolit maka efisiensi serapan hara yang berasal dari pupuk kandang dan pupuk anorganik lebih tinggi lagi. Aplikasi zeolit menurunkan hasil GKP, hal ini disebabkan takaran zeolit yang diberikan masih rendah, dan takaran pupuk SP-36 dan KCL dikurangi atau sama sekali tidak diberikan karena kelangkaan pupuk atau harganya mahal, dan agen distributor zeolit tidak memberi subsidi pupuk anorganik karena alasan keterbatasan dana.
Pupuk organik dan zeolit yang diberikan secara bersamaan dengan dosis yang tepat dapat mempertahankan kelembaban tanah yang lebih lama, sehingga fluktuasi suhu di sekitar perakaran sangat kecil dan suhu tidak naik drastis (suhu tanah relatif stabil) setelah air diberikan ke tanah. Tanpa pemberian zeolit maka suhu tanah di sekitar perakaran meningkat drastis yang mengakibatkan kandungan C-organik cepat teoksidasi dan ketersediaannya di dalam tanah tidak dapat dipertahankan lebih lama lagi.
Pengalaman membuktikan jika 100 ton pupuk kandang diberikan pada lahan masam yang didominasi mineral kaolinit untuk budidaya tanaman nenas dengan teknologi tinggi, maka dalam waktu kurang dari 6 bulan kandungan C-organik di dalam tanah turun kembali pada nilai sebelum pemberiannya yaitu 1%, hal ini disebabkan tingkat degradasi lahannya sudah berat. Pengelolaan lahan tergradasi dengan teknologi tinggi mulai dari pengolahan lahan dengan traktor, pemberian pupuk anorganik cair tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Fakta membuktikan bahwa setelah tanah diolah maka begitu turun hujan tanah menjadi padat lagi, dan pupuk cair yang diberikan banyak hilang tercuci, sehingga efisiensi pemupukan sangat sulit ditingkatkan dan indikatornya adalah penurunan produktivitas lahan sampai 50%. Formulasi pemberian zeolit dan bahan organik serta pupuk anorganik dengan takaran yang relatif berimbang berdasarkan uji tanah spesifik lokasi dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Hasil penelitian pengaruh zeolit dengan merek tertentu terhadap produktivitas lahan sawah dan pertumbuhan serta hasil padi varietas IR-64 di 3 tempat dengan kondisi sawah yang berbeda (sawah tadah hujan, sawah berpengairan teknis, sawah berpengairan desa) bahwa takaran zeolit masing-masing adalah 150 kg/ha untuk lahan sawah berpengairan teknis di Desa Sukadana (Subang), 200 kg/ha untuk lahan sawah tadah hujan di Desa Bangle (Karawang), 250 kg/ha untuk lahan sawah berpengairan desa di Desa Cacuban (Sumedang). Tingkat efisiensi pemberian zeolit meningkat dengan meningkatnya kandungan pasir+debu, dimana tingkat efisiensi dari tinggi sampai rendah, yaitu 56% di Sumedang, 35% di Karawang, dan 31% di Subang. Peningkatan efisiensi pemberian zeolit cenderung berkorelasi dengan kandungan pasir + debu, dimana tingkat efisiensi pemberian zeolit 35% di Karawang dengan kandungan (pasir + debu) 44% dengan pendapatan bersih Rp. 2.820,- dan tingkat efisiensi 31% di Subang dengan kandungan (pasir+debu) 14% dengan pendapatan bersih Rp. 2.315,- untuk setiap I (satu) kg zeolit (Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lembang, 1997). Selama teknis pelaksanaan inovasi teknologi yang diterapkan oleh petani sudah baik dan benar, maka pemberian pembenah tanah zeolit dapat meningkatkan produksi GPK > 25%. Perbedaan peningkatan produksi GKP sangat ditentukan perbedaan faktor teknis panca usahatani, yaitu: (1) sempurna dan tidak sempurnanya pelumpuran tanah setelah tanah diolah dua kali, (2) potensi daya hasil dari varietas padi yang ditanam tinggi atau rendah, (3) takaran pupuk yang diberikan berimbang atau tidak, (4) cara pemberian air teratur atau tidak, (5) pencegahan hama dan penyakit tanaman teratur atau tidak. Sebaliknya, pembenahan tanah tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi GKP, hal ini disebabkan teknis pelaksanaan inovasi teknologi pembenahan tanah yang diterapkan petani tidak mengikuti petunjuk, misal pembenahan tanah dan pupuk tidak dicampur rata, apalagi panca usahatani tidak dilakukan dengan baik.
Aplikasi pembenah tanah zeolit sebaiknya tidak dilakukan pada tipologi lahan yang mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) rendah (sekitar 5 cmol (+) kg-1) seperti pada jenis tanah regosol, podsolik merah kuning, letosol cokelat kemerahan.
Prospek penggunaan dan pengembangan pembenah tanah zeolit sangat baik, sebab kenyataanya sudah terjadi kerusakan tanah yang ditandai dengan fenomena levelling-off, dan hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian zeolit berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman.
Oleh karena itu, pemerintah secepatnya menyusun strategi ke depan tentang kebijakan revitalisasi pembenah tanah untuk memperbaiki lahan kritis, sehingga produktivitas lahan dan peningkatan kesejahteraan petani dipertahankan secara berkelanjutan, dan swasembada pangan dapat dicapai dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama.
M. Al - Jabri
Penulis adalah Peneliti Utama – Balai Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian
Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani, 7 Januari 2009
Aplikasi pembenah tanah zeolit sebaiknya tidak dilakukan pada tipologi lahan yang mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) rendah (sekitar 5 cmol (+) kg-1) seperti pada jenis tanah regosol, podsolik merah kuning, letosol cokelat kemerahan.
Prospek penggunaan dan pengembangan pembenah tanah zeolit sangat baik, sebab kenyataanya sudah terjadi kerusakan tanah yang ditandai dengan fenomena levelling-off, dan hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian zeolit berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman.
Oleh karena itu, pemerintah secepatnya menyusun strategi ke depan tentang kebijakan revitalisasi pembenah tanah untuk memperbaiki lahan kritis, sehingga produktivitas lahan dan peningkatan kesejahteraan petani dipertahankan secara berkelanjutan, dan swasembada pangan dapat dicapai dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama.
M. Al - Jabri
Penulis adalah Peneliti Utama – Balai Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian
Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani, 7 Januari 2009
0 comments:
Post a Comment