KUJATAMA - Natural Mineral Zeolite Industry Traffic Exchange with 1,460,000+ members Adsense Indonesia adf.ly - shorten links and earn money!

ZEOLIT, SI MURAH BERKHASIAT TINGGI UNTUK KEBUN SAWIT

Penelitian aplikasi zeolit dilakukan pada pembibitan kelapa sawit untuk mengetahui pengaruhnya terhadap medium tanam dan pertumbuhan serta serapan hara bibit kelapa sawit ....Readmore

MANFAAT ZEOLITE PADA TANAH, TANAMAN, TERNAK DAN TAMBAK

Dengan majunya penemuan teknologi, zeolite disebut dengan nama mineral serba guna, karena fungsinya yang sangat beraneka ragam, .... Readmore

NATURAL ZEOLITE FOR RADIATION PROTECTION

Toxic nuclear radiation is being spread all around our world due to many reactors malfunctioning or spilling their deadly load into the environment. Radiation can .... Readmore

MEMBUAT FILTER AIR SEDERHANA DENGAN ZEOLITE

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena itu jika kebutuhan akan air tersebut belum tercukupi maka dapat memberikan dampak .... Readmore

HZP (Soil Conditioner)

Solusi memperbaiki lahan, meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian. Terdaftar.....Readmore.

Showing posts with label Organic fertilizer and other fertilizer. Show all posts
Showing posts with label Organic fertilizer and other fertilizer. Show all posts

Friday 5 January 2018

8 Cara Budidaya Sawit Unggulan

Budidaya Kelapa Sawit Unggul bertujuan untuk mendapatkan buah sawit yang banyak dan berlimpah sebagai hasil panennya. Banyak petani yang masih belum merasakan panen kelapa sawit yang hasilnya melimpah. Namun tidak sedikit pula para petani yang telah marasakan bagaimana hasil usahanya bisa berbuah seperti harapan, yaitu dengan panen sawit yang banyak dan berlimpah. 

Siapa yang tidak mau jika perkebunan sawitnya memiliki hasil yang melimpah? Kali ini kita akan mencoba menjelaskan bagaimana cara Budidaya Kelapa Sawit Unggul supaya produksi buah sawit menjadi banyak, perkebunan sawit Anda melimpah. 

Berbagai macam cara pasti sudah anda tempuh supaya buah sawit mejadi banyak dan setiap panen dengan harapan berton-ton beratnya, namun terkadang harapan tidak sesuai dengan kenyataan yang Anda dikebun sawit Anda. 

Dari berdisikusi dengan teman anda yang sudah lama memiliki perkebunan sawit hingga browsing di internet namun hasil sawit anda masih juga kurang memuaskan, untuk untuk silahkan anda simak 8 poin penting dalam merawat sawit agar buah banyak dibawah ini. 

  • Suaikan dengan Lingkungan 

Pada setiap daerah tentunya memiliki struktur tanah dan tingkat kesuburan yang berbeda-beda hal inilah yang membuat para petani harus menyesuaikan perawatan perkebunan sawitnya sesuai dengan lahanya berada. 
Misalnya saja pada tanah gambut atau pada tanah merah, dengan tekstur tanah yang berongga seperti ini akan membutuhkan unsur hara mikro Cu dan Fe yang lebih besar apabila dibandingkan dengan tanah dilahan mineral atau tanah biasa. 
Pada tanah yang memproduksi air berwarnah merah seperti teh ini memerlukan sistem perairan yang baik, tidak boleh lahan yang sering tergenang air karena bisa berpengaruh dengan daya tahan akar. 
Jadi intinya adalah untuk petani yang menanam sawit di lahan gambut harus extra didalam perawatanya, tapi kelebihan di tanah bergambut adalah hasil panen akan lebih banyak apabila bibit dan perawatanya bagus. 

  • Gunakan Alat Berteknologi Tinggi (Jika perlu) 

Memang hal ini tidak dianjurkan jika anda seorang petani yang baru mencoba keberuntungan di dunia pertanian, saya tidak menyarankan hal ini tetepi apabila anda sedikit ingin berinvestasi di masa mendatang tidak ada salahnya anda mencoba alat-alat perkebungan yang lebih modern. 
Peralatan mekanis mampu memberikan hasil yang lebih maksimal. Jadi sebagai seorang investor, Anda sebaiknya mulai memperbaharui informasi mengenai peralatan pertanian yang modern ini dan membelinya jika memang benar-benar diperlukan untuk menunjang budidaya kelapa sawit agar lebih baik. 
  • Pengendalian Gulma secara Intensif 

Gulma merupakan tanaman pengganggu yang tumbuh di sekitar pohon kelapa sawit. Gulma yang paling berbahaya yaitu gulma kelas A seperti bambu, pisang, ilalang, senduduk, dan sebagainya. 
Rutin membersihkan Gulma yang mengganggu di area perkebinan anda, memang hal ini kadang paling sering di abikan oleh banyak petani karena mereka berpendapat selagi gulma ini tidak menghalangi jalan meraka maka tidak akan dibuang tentu ini merupakan kesalahan yang fatal, gulma tersebut bisa mengambil unsur-unsur yang dibutuhkan oleh sawit sehingga banyak pohon sawit yang tidak optimal hasil panenya.  

  • Rutin membersihkan Hama dan Penyakit 


Sawit memang dikenal dengan tanaman yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit tidak heran jika sawit dijadikan pilihan untuk banyak petani di indonesia selain perawtanya tidak terlalu sulit sawit juga merupakan salah satu investasi yang cepat balik modal. 
Hama dan penyakit tersebut dapat menyerang sekujur pohon kelapa sawit mulai dari akar, batang, pelepah, daun, bunga, hingga buah. Pemberantasan yang tepat terhadap hama dan penyakit sejak dini dapat mempertahankan produktifitas pohon kelapa sawit
  • Pemupukan dengan Jadwal dan Dosis yang Tepat 

Semakin banyak pupuk semakin banyak pula buah sawit nantinya, ini merupakan pendapat yang salah. Untuk memupuk sawit bukan banyak atau sedikitnya pupuk yand ada tebarkan dibawah pohon sawit tetapi keteraturan serta memilih pupuk yang tepatlah menjadi kunci utamanya. 
Sebaiknya anda jadwalkan pemupukan sawit anda untuk hasil yang lebih optimal, jangan terbawa nafsu untuk memberi pupuk dilahan sawit anda, karena bisa-bisa pupuk malah membuat sawit anda menjadi kering dan mati. 
Jenis pupuk yang sering digunakani pada budidaya kelapa sawit antara lain Urea, ZA, KCI, Zeolite, TSP, dan borate. Beberapa petani juga memberikan pupuk berupa cuprum dan ferrit. 


  • Penunasan atau Aturan Pelepah Sawit 

Banyak petani yang tidak mengetahui tentang penunasan atau aturan dalam membuang pelepah sawit yang benar, berapa tingkat (songgo) yang di anjrukan. Padahal penunasan merupakan untuk meningkatkan produksi buah, struktur pohon yang sesuai serta bertujuan untuk membersihkan. 

Saya coba menjabarkan dibawah ini. 
  • Tanaman kelapa sawit berumur < 9 tahun tunasan harus songgo 3 
  • Tanaman kelapa sawit berumur 9 – 15 tahun tunasan songgo 2 
  • Tanaman kelapa sawit berumur >15 tahun tunasan songgo 1 
Sekarang anda sudah mengetahui aturan dalam aturan pelepah yang baik, tinggal anda mengaplikasikan di perkeunan anda.

  • Pemanenan yang Benar 

Dalam memanen buah sawit anda harus melakukan dengan berhati-hati karena jika anda salah atau semberono bisa berakibat fatal dengan keberlangsungan sawit anda kedepanya. 
Efek yang paling ditakuti para petani dalam kesalahan menanen adalah tidak adanya bakal buah untuk panen berikutnya, ini biasanya terjadi tanam sawit anda mengalami guncangan yang keras, mengalami luka pada tubuh selain tangkai buah akibatnya tanam sawit menjadi setres dan enggan untuk berbuah di musim berikutnya. 
  • Jangan Lupa Berdoa 

Yang ke delapan ini bunus tips dari kami, memang terdengar agak menyimpang dari tips sebelumnya namun percayalah kata Bang Haji Roma Irama “Berusaha jangan lupa disertai dengan Doa” Jika anda sudah melakukan ke 7 hal diatas tetapi anda mengabaikan poin 8 maka jangan heran hasil yang anda dapatkan tidak sesuai dengan harapan. Cukup sekian tips cara agar sawit berbuah banyak setiap musimnya. Semoga cara-cara agar berbuah banyak tersebut bisa bermanfaat bagi anda.

Wednesday 8 June 2016

Zeolite dan Pertanian Indonesia

Zeolite dan Pertanian

Fungsi utama mineral zeolite
Berbagai hasil penelitian yang dilaksanakan baik di laboratorium maupun di lapangan menunjukan bahwa mineral zeolite mempunyai empat fungsi utama,yaitu sebagai penukar ion (ion exchanger ),adsorpsi (adsorption),katalisator (catalysit) dan penyaring molekul berukuran halus (moliccular sieving) (Mumpton,1984b). Penukar ion.prinsip dari proses pertukaran ion pada mineral ini adalah terjadinya muatan listrik negative di seluruh struktur zeolite (bukan hanya pada di permukaan) sehingga untuk keseimbangan muatan listrik tersebut di perlukan kation yang mobile atau counter ion dalam jumlah yang sama (Semmens,1984).

Dengan demikian,proses pertukaran kation tersebut merupakan pergantian ion-ion alkali dan atau alkali tanah pada struktur pembangunan zeolite dengan ion-ion terlarut di dalam tanah lainnya.Selain itu,kation-kation yang terperangkap dalam struktur zeolite ternyata tidak terikat secara kuat sehingga sangatlah mudah untuk dipertukarkan. 

 Kapasitas Tukar Kation (KTK) adalah suatu ukuran dari jumlah kation yang dapat dipertukarkan per unit berat atau isi : dengan kata lain merupakan jumlah kation yang tersedia untuk dipertukarkan. Kristal-zeolite merupakan bahan yang sangat efektif untuk pertukaran kation dengan nilai KTK berkisar art 100-300 me/100g (Semmens, 1984). Berdasarkan hasil analisis,zeolite yang berasal dari deposit Bayah. Deposit Lampung mempunyai nilai KTK berkisar antara 150-200 me/100g yang berarti hampir dua kali lipat dari mineral mountunorilonity dan vermiculite (mineral tipe 2:1/double layer) yang umumnya ditemukan pada tanah-tanah tingkat produktivitas tinggi seperti tanah adosol (Prodmin Inter Nusa,1995),

Nilai KTK zeolite bayah tersebut hampir sama dengan KTK dari Humus. Adsorpsi zeolite dapat mengabsorpsi molekul apabila air yang dikandungnya telah di hilangkan melalui pemanasan dengan suhu tinggi,yaitu berkisar 350-400 ͦ C(Flanigen,1984). 

Pada dasarnya adsorpsi adalah penumpulan berbagai substansi terlarut dalam larutan antara 2 buah permukaan.Dalam hal ini,berbagai molekul adsobate yang berdiameter sama atau lebih kecil dari diameter celah rongga dari struktur zeolite dapat diapsorpsi,sedangkan molekul yang berdiameter lebih besar akan bertahan dan hanya melintas antara partikel zeolite (Prodmin Inter Nusa,1995).

Dengan demikian,zeolite disamping mempunyai struktur rigrid juga polaritas sangat tinggi.

Penyaringan molekul.
Proses penyaringan molekul oleh kristal zeolite terjadi melalui saringan antara partikel dan struktur rangka tiga dimensi yang porous(Flanigen,1984).

Dalam hal ini menyebabkan mineral zeolite lebih efektif sebagai penyaring, dibanding dengan penyaring konvensional lainnya. Katalis Zeolite telah banyak digunakan dalam berbagai industri kimia dan obat-obatan sebagai bahan perantara yang dapat mempercepat dan atau memperlambat suatu reaksi kimia tanpa menyebabkan perubahan struktur kimia di dalamnya. Pengaruh pemberian zeolite terhadap perbaikan produktivitas lahan terutama kapasitas tukar kation KTK tersebut ternyata meningkat dengan berkurangnya kandungan liat tanah (Mumpton,1981a)

Lebih jauh di simpulkan bahwa berkurangnya KTK karena pemberian zeolite mampu bertahan selama beberapa tahun pada lahan yang mempunyai kandungan liat tinggi. Peningkatan Efisiensi Pempukan Anorganik Zeolite dengan sifat utama, memiliki kapasitas tukar kation (KTK) dan selektifitas terhadap Ammonium dan Kalium yang tinggi, dapat digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan anorganik seperti Urea (N),SP-36 (P), dan KCl (K). Kapasitas tukar kation untuk Zeolite yang ditemukan di Indonesia berkisar 150-200 me/100 g ( Prodmin Inter Nusa, 1995 ), sedangkan efektifitas kation berdasarkan berbagai hasil penelitian adalah berturut-turut (Cs-Rb,NH4,Ba Sr K Ca, Fe, Al, Mg, Li ( Ames, 1960 dalam Mumpton, 1984b). 

Selain itu Zeolite mempunyai sifat sebagai penukar ion terutama logam Alkali atau Alkali tanah seperti Na, K, Ca,Ba, dan Mg, dan penyaring molekul yang baik sehingga diharapkan  hanya yang diberikan melalui pemupukan ataupun pelapukan pupuk dengan pelepasan hara secara lambat (slow release fertilizer) ( Lewis et.a1.1984; Flanigen 1984 ). 

Mineral Zeolite bersifat basa sehingga dapat menetralkan tanah yang bersifat asam, mengurangi daya fiksasi P oleh koloid tanah (Sarief,1987), dan meningkatkan KTK serta aktifitas mikroorganisme dalam tanah ( Semmens,1984). Pemberian Zeolite yang dicampur dengan pupuk N seperti urea atau ammonium sulfat dapat meningkatkan efisiensi melalui :

  1. Pengurangan kehilangan NO3N karena pencucian dan perkolasi,
  2. Meningkatkan ketersediaan ammonium teruta pada tanah dengan kandungan liat rendah (relative kurang subur) melalui penekanan proses nitrikasi dan volatilisasi NH4, 
  3. Meningkatkan penyerapan N oleh tanaman dan, 
  4. Mengurangi keracunan perakaran tanaman karena ammonia dan nitrat yang berlebihan ( Lewis et.a1 1980; Barbarick and Pirrelli, 1984 ). 
Dalam hal ini, ammonium yang dipertukarkan oleh Zeolite dilepaskan secara lambat sehingga berperan sebagai slow realease fertilizer, sedangkan mineral zeolitenya sendiri berperan sebagai penyangga (reservoir) ammonium yang berasal dari penguraian urea yang pada akhirnya akan menekan toksisitas ammonium dan nitrat melalui penekanan aktifitas bakteri dalam proses nitrifikasi. 
Barbarick dan Pirrelli (1984) melaporkan bahwa pemberian Zeolite pada lahan sawah dapat meningkatkan ketersediaan N dalam tanah sebesar 63% karena terhambatnya koversi ammonium (NH4) menjadi Nitrat ( NO3 ) melalui proses nitrifikasi. Sehingga kehilangan Nitrat karena denitrifikasi juga menjadi berkurang. Berkurangnya proses nitrifikasi memberikan pengaruh positif terhadap ketersediaan fosfat karena berkurangnya fiksasi oleh kation-kation Al dan Fe. Pemberian Zeolite pada tanah berstektur pasir berlempung dan liat lempung berdebu dapat menghambat konversi NH4 menjadi NO3 sebesar 30-40% (Mc Know, 1978 dalam Sunarto, 1995 ). 


Sedangkan Astiana ( 1995 ) melaporkan bahwa penggunaan Zeolite 0,5-1,0% yang dicampur pupuk urea 100-299 kg /ha mampu menekan kehilangan N melalui pencucian sebesar 19-20% dan volatilisasi sebesar 19=22%. 

Hasil penelitian pada pertanaman padi sawah dengan jenis tanah alluvial di Karawang dan Subang serta grumosol di Sumedang menunjukan bahwa pemberian Zeolite yang dikombinasikan pemupukan Urea (200kg/ha), SP 36 (100kg/ha), dan KCl (100kg/ha) menyebabkan peningkatan hasil gabah kering tergantung pada takarannya . 
Dalam hal ini Zeolite mampu meningkatkan ketersediaan N,P,dan K serta unsur lainnya sehingga pertumbuhan tanaman (yang ditunjukan oleh peningkatan tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun) lebih baik yang pada akhirnya komponen hasil juga meningkat ( Bachrein et.a1., 1998)

Dari hasil analisis ekonomi ternyata keuntungan yang tertinggi diperoleh dari penggunaan Zeolite dengan takaran 200 kg/ha, yaitu sebesar RP.2.376.800/ha, untuk Subang, RP. 2,316.000./ha untuk Karawang dan RP. 1.912.00./ha untuk Sumedang. Pemberian Zeolite dengan takaran 200kg/ha tersebut dapat meningkatkan pendapatan bersih dibandingkan tanpa Zeolite berkisar RP.2.315-RP.3.455 untuk setiap kg Zeolite. 

Hasil gabah kering , keuntungan bersih, dan tingkat efisiensi pemberian Zeolite pada penanaman Padi IR 64 di Subang, Karawang,dan Sumedang MT 1996/1997. 

Takaran               Subang                                 Karawang                              Sumedang
           Hasil  Keuntungan  Efisien   Hasil  Keuntungan   Efisien   Hasil  Keuntungan  Efisien
Kg/ha   t/ha        (Rp)           (%)         t/ha         (Rp)            (%)       t/ha        (Rp)             (%)        
 0          6,2       1.812,0        100          5,4       1.675,0         100        4,8       1.223,0          100
100       7,2       2.214,0        122          6,7       1.985,0         119        6,1       1.786,0          146
200      7,6       2.376,8        131          7,5       2.138,0         138        6,4        1.912,0          156
300      7,1       2.121,0        117          7,2       2.122,0         127        5,7        1.578,0          129
400      7,1       2.132,0        118          7,1       2.064,0         123        5,4        1.612,0          132 

Hasil analisis regresi menunjukan bahwa pola hubungan antara takaran Zeolite dengan hasil gabah kering bersifat kuadratik dari persamaan tersebut , takaran maksimum pemberian Zeolite pada tanah Alluvial di Karawang dan Subang serta tanah Grumosol di Sumedang masing-masing 150, 200 dan 250 kg/ha, Takaran maksimum tersebut diperoleh dengan mencari turunan pertama dari setiap per samaan regresi : dy/dx = 0 ( Gomez and Gomez, 1984). 

Model persamaan regresi antara hasil gabah kurang (y) dan takaran Zeolite (x) di Subang, Karawang dan Sumedang MH 1996/1997. 

 Lokasi            Persamaan Regresi                           R2         Takaran Zeolite Maksimum
Subang        Y = 6,32 + 0.01 - 0.000002 X2         0,332                      150 Kg
Karawang   Y = 5,92 + 0.01 - 0.000002 X2          0,622                     200 Kg
Sumedang   Y = 4,91 + 0.01 - 0.000002 X2         0,632                      250 Kg

Berbeda nyata dengan taraf uji 5% , berbeda nyata pada taraf uji 1 %. Sumber Bachrein,et.a1 (1998).

Pengembangan usaha pertanian di masa mendatang selain bertujuan meningkatkan produksi per satuan luas juga harus disertai upaya mempertahankan atau memperbaiki produktifitas tanah dan meningkatkan efisiensi pemupukan anorganik terutama N,P dan K, beberapa cara untuk mencapai tujuan diatas adalah dengan menerapkan cara tanam LEGOWO dan pengendalian tikus dengan PBh, serta pemberian Zeolite. 

Penggunaan mineral Zeolite karena berbagai pertimbangan antara lain . Batuan deposit yang mengandung mineral Zeolite banyak terdapat di Indonesia dan hingga saat ini belum banyak dimanfaatkan untuk bidang pertanian Mineral Zeolit dengan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan daya retensi air yang tinggi mempunyai tiga sifat Utama yang mendukung dalam peningkatan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan anorganik, yaitu penukar ion, adsorbsi dan penyaring molekul. Biaya murah (harga zeolit sebesar RP. 950.00/kg) dan transportasi lebih mudah dibandingkan dengan pupuk organik lainnya seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos.

Mineral Zeolite dapat digunakan dalam usaha pertanian khususnya tanaman pangan dan holtikultura sebagai bahan untuk : Reklamasi (perbaikan ) tanah karena terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa pemberian Zeolite dengan takaran 1 hingga 4 t/ha mampu meningkatkan produktivitas tanah yang ditunjukan antara lain :
  • Peningkatan pH, KTK dan kandungan N,P, Ca, Mg dan Kl. 
  • Menurunkan aluminium (Al) yang dapat dipertukarkan. 
  • Penurunan toksisitas Al terhadap perakaran tanaman dan 
  • Peningkatan produktivitas baik tanaman pangan maupun holtikultura. 
Pemberian Zeolite yang dikombinasikan dengan pemupukan urea (N), SP 36 (P) dan KCl (K) dengantakaran sesuai rekomendasi ternyata dapat :
  1. Meningkatkan ketersediaan N karena proses nitrifikasi, 
  2. Meningkatkan ketersediaan P melalui pelepasan P yang terikat oleh koloid tanah, 
  3. Meningkatkan ketersediaan K melalui pertukaran ion K dari struktur Zeolite dengan kation lain dari dalam tanah dan 
  4. Ketiga unsur tersebut dilepas secara lambat sehingga dapat dimanfaatkan secara langsung oleh perakaran tanaman. 
Secara garis besar,mineral Zeolite yang mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) dan daya retensiair yang tinggi dapat digunakan dalam usaha pertanian untuk dua tujuan yaitu 
  1. Reklamasi tanah yang bermasalah seperti pH rendah, kelarutan N dan Fe yang tinggi, serta fiksasi fosfat oleh mineral tanah yang tinggi ( Mumpton, 1981 a ) dan 
  2. Meningkatkan efisiensi pemupukan anorganik yang sekaligus penyedia unsur hara seperti N, P dan K serta lain-lain dengan pelepasan secara lambat (slow realease fertilizer) sehingga dapat dimanfaatkan oleh perakaran tanaman secara lebih efisien ( Lewis et,Al. 1984 ). 
Reklamasi Tanah Pemanfaatan Zeolit terutama spies ( Tinoptile dan Modernite) untuk memperbaiki produktivitas tanah dengan takaran berkisar 4-15 t/ha telah banyak dilaksanakan pada tanah berpasir ( sandy soil ) dan liat ( Clay soil ) dengan kesuburan tanah rendah di Jepang, Taiwan, Amerika dan beberapa Negara lainnya ( Mumpton, 1981a ). 

Di Indonesia, pemberian Zeolite ( Tinoptilotile) dengan takaran 4-5 t/ha pada lahan kering Podsolik merah kuning Sitiung, Sumatra Barat dapat meningkatkan produktivitas tanah yang ditunjukan antara lain ;
  1. Peningkatan pH, KTK, N, P, Ca, Mg dan K serta menurunkan Al yang dapat ditukar ( Aled ) yang semakin tinggi sesuai dengan takarannya, 
  2. Penurunan pengaruh tosisitas Al terhadap perakaran tanaman baik secara langsung atau tidak langsung dan 
  3. Peningkatan produksi beberapa komoditas tanaman pangan seperti padi gogo, kedelai, jagung (Prodmin Inter Nusa, 1995), 
Pemberian Zeolite (0,2 - 1,2 t/ha) yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik (N, P dan K) dengan takaran yang sesuai rekomendasi menyebabkan peningkatan produktifitas tanah dalam jangka panjang dan produktifitas komoditas pertanian seperti gandum, terong, apel dan wortel masing-masing kisaran 13-55%, 19-55%, 13-38% dan 46-63% sesuai dengan takarannya. Pada tanah sawah,

Minato (1968) melaporkan bahwa pemberian Zeolite sebanyak 5 t/ha yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik (takaran rekombinasi) dapat meningkatkan ketersediaan N (NH4) sebesar 63% daripada kontrol tanpa Zeolite pada saat 4 minggu setelah aplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

  1.  Adiningsih, I.S. dan M. Soepartini. 1995. Pengelolaan Pupuk pada Sistem Usaha Tani Lahan Sawah. Makalah disampaikan dalam Apresiasi Metodologi Pengkajian Sistem Usaha Tani Berbasis Padi dengan Wawasan Agribisnis. Bogor 7-9 September 1995. Pusat Penelitian Ekonomi Pertanian, Bogor. 
  2. Astiana, S. 1995. Pemanfaatan Zeolit Alam dalam Peningkatan Produksi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 
  3. Bachrein S, N.S. Dimyati dan A. Dimyati 1998. Pengkajian Mineral Zeolit Zeo Agro G super pada tanaman padi sawah tadah Hujan dan Berpengairan. Makalah disajikan pada Seminar Sehari Bimas, Departemen Pertanian, Jakarta, 8 Juli 1998. Bimas. Jakarta. 
  4. Barbarick, K.A, and H.J. Pirella. 1984. Agronomic and Hoticultural Uses of Zeolite Allah Review, In. W.G. Pond and F.A. ivlumpton (eds). Use of Natural Zeolite in Agricultural and Aquaculture. Westview Press. Boulder, Colorado,p. 3-27. 
  5. Dimyati, A.S. Bachrein, M. Roehjat dan D. Soediono, 1996. Potensi Masalah dan Kendala Pengembangan Tanaman Padi di Jawa Barat Pros. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Balai Penelitian tanaman Padi. Sukamandi 21-23 Agustus 1995. Balitpa Sukamandi. 
  6. Flanigen, E.M. 1984. Adsorption Properties of Molecular Sieve / Zeolities Pond W.G. and FA Mumpton (eds). Use of Natural Zeolite in Agriculture and Aquaculture. Westview Press. Boulder, Colorado,p.55-68. JICA, 1993, The Study for Foremulation of arrogation development program inthe Republic of Indonesia. JICA Tokyo Japan. 
  7. Lewis, M.D, F.D. Moore and K.L. Goldberg, 1984. Ammonium exchange clinoptilotile with ureas as nitrogen fertilizer. Pond, W.G. and F.A. Mumpton (eds). Use of natural Zeolite in Agriculture and Aquaculture Westview Press, Boulder, Colorado. P. 105-111. 
  8. Manwan, I, 1994. Strategi dan langkah operasional penelitian tanaman pangan berwawasan lingkungan kinerja penelitian pangan Buku I, Kebijaksanaan dan Hasil Utama Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 
  9. Minato, H. 1968. Characteristics and use Natural Zeolities. Koatsugasu 5.536-537. Mumpton, F.A. 1984a. The role of natural Zeolites in agriculture and

Thursday 26 May 2016

Manfaat KAPTAN (Kapur Pertanian)

KAPTAN
Pentingnya pemberian kapur pertanian pada saat olah tanah adalah, karena sebagian besar kondisi tanah atau lahan pertanian itu sendiri memiliki kecenderungan untuk menjadi lebih asam / Acid karena berbagai faktor. Adapun faktor yang memicu terjadinya keasaman tanah antara lain seperti erosi, pengunaan pupuk-pupuk kimia berlebihan, pencucian dan dekomposisi bahan-bahan organik. pemberian kapur pertanian (KAPTAN) Ini menjadi perhatian penting bagi keseluruhan petani karena kondisi tanah pertanian yang terlalu asam dapat memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap produktivitas tanaman. 

Fungsi kapur pertanian memberikan keuntungan bagi para petani, untuk menyeimbangkan pH tanah dengan cara yang sederhana serta biaya yang murah. Dengan mengaplikasikan KAPTAN saat olah tanah diharapkan perbaikan kondisi serta menurunkan keasaman pada lahan pertanian. 

Tentang Kapur Pertanian 
Kaptan atau kapur pertanian, adalah kondisioner tanah untuk menurunkan derajat keasaman yang terbuat dari batuan kapur telah diolah atau dihancurkan terlebih dahulu menjadi debu atau kadang disebut juga kaptan. Cara kerja kapur pertanian adalah dengan melarutkan serta melepaskan zat-nya yang menurunkan keasaman tanah. 

Manfaat kapur pertanian untuk tanaman yang tumbuh dalam kondisi keasaman yang kurang ideal, dapat ditingkatkan potensi hasil jika diaplikasikan saat olah tanah. Kapur pertanian juga memberi keuntungan yang lain bagi petani, termasuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk hingga 50%. Begitu juga dengan pemakaian pupuk-pupuk organik akan semakin terasa hasilnya. 

Meskipun penggunaan kapur pertanian dapat meningkatkan kesuburan serta mengurangi keasaman tanah juga efisiensi penggunaan pupuk. Namun sejauh ini masih banyak petani-petani di Indonesia yang masih belum mengetahui serta mengaplikasikan untuk lahan pertaniannya. Tidak hanya untuk lahan pertanian saja KAPTAN memiliki manfaat yang besar, pada lahan tambak juga dapat merasakan keuntungan dari penggunaan KAPTAN ini. 

Manfaat Kapur Pertanian Bagi Tanah dan Tanaman
Aplikasi pemberian kapur saat olah tanah untuk mencegah keasaman berlebih (di mana ia mengurangi hasil produksi) dengan memanfaatkan KAPTAN pada lahan pertanian adalah praktek manajemen terbaik. Penggunaan yang tepat dari kapur merupakan salah satu komponen yang paling penting untuk langkah pengelolaan tanaman dalam rangka meningkatkan hasil, karena tanah yang tinggi kadar keasaman-nya sangat mempengaruhi baik jangka pendek , jangka panjang dan produktivitas tanaman. 

Manfaat KAPTAN meliputi :

  1. Meningkatkan sifat fisik, kimia dan biologi tanah 
  2. Mempromosikan fiksasi nitrogen lebih baik dengan tanaman kacang-kacangan 
  3. Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman 
  4. Mengurangi Racun (toksisitas) di dalam tanah pertanian 
  5. Meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk-pupuk organik 
  6. Memasok kebutuhan kalsium, magnesium dan mineral lain untuk tanaman 
  7. Memperbaiki masalah tanah dari tingkat keasaman / ACID 
 Ketika petani menggunakan kapur pertanian membawa dampak baik untuk pH tanah dari asam mendekati ke netral, kondisi yang demikian dapat meningkatkan aktivitas organisme untuk menguraikan bahan-bahan organik di tanah, yang apada akhirnya memperbaiki struktur tanah. Hal ini juga dapat membantu menghindari pencucian hara serta meningkatkan retensi penggunan air. 


Fungsi kapur pertanian juga sangat baik untuk tanaman kacang-kacangan seperti kedelai, kacang hijau, kacang tanah. Penggunaan KAPTAN dapat mempromosikan fiksasi nitrogen yang lebih baik, proses di mana bakteri yang hidup pada akar tanaman leguminose (Rizobium) mengkonversi nitrogen yang ada di udara dapat digunakan langsung oleh tanaman. 


Kapur pertanian juga meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman dalam berbagai cara. Tanaman yang tumbuh di tanah pada kadar pH yang tepat cenderung memiliki sistem perakaran lebih luas, kemampuan sistem akar serabut yang memungkinkan tanaman untuk menyerap berbagai nutrisi lebih efektif. Selain itu, beberapa nutrisi seperti fosfor dan perubahan sulfur ke bentuk yang lebih baik tersedia bagi tanaman dengan aplikasi Kapur pertanian yang tepat. Bahkan, menurut berbagai penelitian penggunaan kapur pertanian pada pH tanah bisa mendekati netral antara 5,8 dan 7,0 memaksimalkan ketersediaan berbagai nutrisi dan mineral tanaman penting. 

Kami menyediakan KAPTAN dalam bentuk :
  1. Powder 60/80 mesh
  2. Butiran 2-5 mm

Saturday 17 March 2012

Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Dengan Zeolit


Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Dengan Pembenah Tanah Zeolit


Meskipun pengembangan pembenah tanah zeolit sudah lama dipromosikan oleh swasta di bidang pertanian, tetapi penggunaannya belum banyak diketahui petani. Sehubungan dengan pengetahuan petani terhadap zeolit masih rendah, maka hal ini mengakibatkan pemasaran zeolit masih terhambat.

Di samping itu, masalah lambatnya pengembangan pembenah tanah zeolit di bidang pertanian disebabkan kurangnya koordinasi antara pemerintah dan swasta dalam melakukan upaya tindak lanjut untuk mencapai sasaran yang dituju. Pada situasi dan kondisi seperti itu akhirnya zeolit sebagai “mineral masa depan multi guna” banyak diekspor. Penyebab masalah kesulitan pengembangan zeolit masa lalu tidak hanya harus diungkap, tetapi juga harus dicari solusi pemecahan masalahnya dengan mencari informasi langsung dari petani.

Pengembangan pembenah tanah zeolit di bidang pertanian selama ini banyak dilakukan swasta. Apa yang dilakukan swasta tersebut sangat baik jika ada informasi yang lengkap tentang dimana dan berapa luas (calon lokasi) lahan pertanian yang terdegradasi. Sebenarnya yang mempunyai informasi calon lokasi lahan pertanian yang terdegradasi adalah pemerintah. Keterlambatan pemerintah untuk merumuskan kebijakan tentang pengembangan pembenah tanah dijadikan alasan swasta untuk mempromosikan produknya langsung ke petani. Sebagai contoh, jenis pembenah tanah zeolit yang dikenal dan digunakan petani antara lain adalah ........ di Lampung, ...... di Jawa Barat, dan ....... di Jawa Timur. Sumber informasi pembenah tanah zeolit yang diperoleh petani terutama berasal dari agen distributor zeolit/pedagang, sedangkan informasi yang diperoleh dari penyuluh pertanian sangat kecil. Fakta di lapang membuktikan bahwa ada agen distributor zeolit yang memberi subsidi zeolit kepada petani untuk satu kali musim tanam.

Langkah swasta tersebut perlu disambut dengan baik, namun harus dipastikan terlebih dahulu mutunya. Zeolit yang bermutu baik dipastikan sudah lolos uji mutu (LUM) dan lolos uji efektivitas (LUE) dan mendapatkan Nomor Registrasi dari Pusat Perijinan dan Investasi (PPI) di Departemen Pertanian. Jika zeolit sudah lolos LUM dan LUE maka pada saat dilakukan demonstrasi plot (demplot), petugas PPL mengawal pelaksanaannya dengan sungguh-sungguh agar teknik demplot dilakukan dengan baik dan benar.

Jika tidak dilakukan pengawalan maka petani menentukan keinginannya sendiri, misal takaran pupuknya dikurangi disebabkan kekeliruan informasi bahwa zeolit dapat menggantikan peranan pupuk. Fakta menunjukkan bahwa hasil demonstrasi plot pembenah tanah zeolit yang dilakukan pada lahan pertanian milik petani ada yang menaikkan dan ada juga yang menurunkan gabah kering panen (GKP). Aplikasi Zeolit menaikkan hasil GKP, hal ini disebabkan ada petani yang memberikan pupuk kandang sebanyak 5 ton/ha, sehingga produksi GKP dapat mencapai 8.5 ton/ha. Peningkatan produksi GKP tidak hanya dipengaruhi pemberian pupuk kandang saja, tetapi jika dikombinasikan dengan zeolit maka efisiensi serapan hara yang berasal dari pupuk kandang dan pupuk anorganik lebih tinggi lagi. Aplikasi zeolit menurunkan hasil GKP, hal ini disebabkan takaran zeolit yang diberikan masih rendah, dan takaran pupuk SP-36 dan KCL dikurangi atau sama sekali tidak diberikan karena kelangkaan pupuk atau harganya mahal, dan agen distributor zeolit tidak memberi subsidi pupuk anorganik karena alasan keterbatasan dana.


Pupuk organik dan zeolit yang diberikan secara bersamaan dengan dosis yang tepat dapat mempertahankan kelembaban tanah yang lebih lama, sehingga fluktuasi suhu di sekitar perakaran sangat kecil dan suhu tidak naik drastis (suhu tanah relatif stabil) setelah air diberikan ke tanah. Tanpa pemberian zeolit maka suhu tanah di sekitar perakaran meningkat drastis yang mengakibatkan kandungan C-organik cepat teoksidasi dan ketersediaannya di dalam tanah tidak dapat dipertahankan lebih lama lagi.

Pengalaman membuktikan jika 100 ton pupuk kandang diberikan pada lahan masam yang didominasi mineral kaolinit untuk budidaya tanaman nenas dengan teknologi tinggi, maka dalam waktu kurang dari 6 bulan kandungan C-organik di dalam tanah turun kembali pada nilai sebelum pemberiannya yaitu 1%, hal ini disebabkan tingkat degradasi lahannya sudah berat. Pengelolaan lahan tergradasi dengan teknologi tinggi mulai dari pengolahan lahan dengan traktor, pemberian pupuk anorganik cair tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Fakta membuktikan bahwa setelah tanah diolah maka begitu turun hujan tanah menjadi padat lagi, dan pupuk cair yang diberikan banyak hilang tercuci, sehingga efisiensi pemupukan sangat sulit ditingkatkan dan indikatornya adalah penurunan produktivitas lahan sampai 50%. Formulasi pemberian zeolit dan bahan organik serta pupuk anorganik dengan takaran yang relatif berimbang berdasarkan uji tanah spesifik lokasi dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Hasil penelitian pengaruh zeolit dengan merek tertentu terhadap produktivitas lahan sawah dan pertumbuhan serta hasil padi varietas IR-64 di 3 tempat dengan kondisi sawah yang berbeda (sawah tadah hujan, sawah berpengairan teknis, sawah berpengairan desa) bahwa takaran zeolit masing-masing adalah 150 kg/ha untuk lahan sawah berpengairan teknis di Desa Sukadana (Subang), 200 kg/ha untuk lahan sawah tadah hujan di Desa Bangle (Karawang), 250 kg/ha untuk lahan sawah berpengairan desa di Desa Cacuban (Sumedang). Tingkat efisiensi pemberian zeolit meningkat dengan meningkatnya kandungan pasir+debu, dimana tingkat efisiensi dari tinggi sampai rendah, yaitu 56% di Sumedang, 35% di Karawang, dan 31% di Subang. Peningkatan efisiensi pemberian zeolit cenderung berkorelasi dengan kandungan pasir + debu, dimana tingkat efisiensi pemberian zeolit 35% di Karawang dengan kandungan (pasir + debu) 44% dengan pendapatan bersih Rp. 2.820,- dan tingkat efisiensi 31% di Subang dengan kandungan (pasir+debu) 14% dengan pendapatan bersih Rp. 2.315,- untuk setiap I (satu) kg zeolit (Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lembang, 1997). Selama teknis pelaksanaan inovasi teknologi yang diterapkan oleh petani sudah baik dan benar, maka pemberian pembenah tanah zeolit dapat meningkatkan produksi GPK > 25%. Perbedaan peningkatan produksi GKP sangat ditentukan perbedaan faktor teknis panca usahatani, yaitu: (1) sempurna dan tidak sempurnanya pelumpuran tanah setelah tanah diolah dua kali, (2) potensi daya hasil dari varietas padi yang ditanam tinggi atau rendah, (3) takaran pupuk yang diberikan berimbang atau tidak, (4) cara pemberian air teratur atau tidak, (5) pencegahan hama dan penyakit tanaman teratur atau tidak. Sebaliknya, pembenahan tanah tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi GKP, hal ini disebabkan teknis pelaksanaan inovasi teknologi pembenahan tanah yang diterapkan petani tidak mengikuti petunjuk, misal pembenahan tanah dan pupuk tidak dicampur rata, apalagi panca usahatani tidak dilakukan dengan baik.
Aplikasi pembenah tanah zeolit sebaiknya tidak dilakukan pada tipologi lahan yang mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) rendah (sekitar 5 cmol (+) kg-1) seperti pada jenis tanah regosol, podsolik merah kuning, letosol cokelat kemerahan.

Prospek penggunaan dan pengembangan pembenah tanah zeolit sangat baik, sebab kenyataanya sudah terjadi kerusakan tanah yang ditandai dengan fenomena levelling-off, dan hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian zeolit berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman.


Oleh karena itu, pemerintah secepatnya menyusun strategi ke depan tentang kebijakan revitalisasi pembenah tanah untuk memperbaiki lahan kritis, sehingga produktivitas lahan dan peningkatan kesejahteraan petani dipertahankan secara berkelanjutan, dan swasembada pangan dapat dicapai dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama.

M. Al - Jabri
Penulis adalah Peneliti Utama – Balai Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian
Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani, 7 Januari 2009

Wednesday 30 November 2011

Controlled-Release Fertilizers Using Zeolites



Controlled-Release Fertilizers Using Zeolites

The U.S. Geological Survey (USGS) has experimented with zeolites to help control the release of fertilizer nutrients in soil. The use of soluble fertilizers can lead to water pollution and to wasted nutrients. Nitrogen, for example, can leach into ground and surface waters, especially in sandy soils, and phosphate may become fixed and unavailable to plants, especially in tropical soils. Zeolites are porous minerals with high cation-exchange capacity that can help control the release of plant nutrients in agricultural systems. Zeolites can free soluble plant nutrients already in soil, and may improve soil fertility and water retention. Because zeolites are common, these unique minerals could be useful on a large-scale in agriculture.

USGS research has experimented with zeolites applied to several different fertilizers including controlled-release nitrogen, controlled-release phosphorous fertilizers, and in the release of trace nutrients.

Controlled-Release Nitrogen Fertilizer

Urea is one of the most common nitrogen fertilizers. It is very soluble in water, and can be leached through the root zone. In addition, urea is converted into ammonium ions by an enzyme found in most soils. Soil bacteria then convert these ammonium ions into readily leachable nitrate ions. Using zeolitic rocks in fertilizer can help prevent these nutrient losses.



A controlled-release nitrogen (N) fertilizer can be produced by heating zeolite rock chips to about 400oC to drive out all zeolite and pore water, which is replaced with molten urea. The urea crystallizes at about 132oC. The rate of nitrogen release from the zeolitic rock is slowed in three ways: (1) by containing urea in the rock pores and zeolite crystals, thus preventing the leaching of urea from the root zone; (2) by slowing the conversion of urea by soil enzymes, thus delaying the formation of ammonium ions; and (3) by taking up ammonium ions onto exchange sites in the zeolite, thus protecting them from nitrifying bacteria. Potassium-saturated zeolite prepared by the above method contains approximately 17 wt. percent elemental N. The rate of N release can be controlled by changing the size of the rock chips.

Controlled-Release Phosphorous Fertilizers

Phosphate (H2PO4) can be released to plants from phosphate rock (P-rock) composed largely of the calcium phosphate mineral apatite by mixing the rock with zeolite having an exchange ion such as ammonium. The approximate reaction in soil solution is as follows: (P-rock) + (NH4-zeolite) = (Ca-zeolite) + (NH4+) + (H2PO4-).

The zeolite takes up Ca2+ from the phosphate rock, thereby releasing both phosphate and ammonium ions. Unlike the leaching of very soluble phosphate fertilizers (for example, super-phosphate), the controlled-release phosphate is released as a result of a specific chemical reaction in the soil. As phosphate is taken up by plants or by soil fixation, thechemical reaction releases more phosphate and ammonium in the attempt to reestablish equilibrium. The rate of phosphate release is controlled by varying the ratio of P-rock to zeolite. Phosphorus is also released from the rock by the lowering of soil pH as ammonium ions are converted to nitrate.



Controlled-release fertilizers were tested in greenhouse pot experiments with sorghum-sudangrass using NH4-saturated zeolite (clinoptilolite) and P-rock with a phosphate application rate of 340 mg P per kg soil, and zeolite/P-rock ratios ranging from 0 to 6. Total phosphate uptake and phosphate concentration measured for the grass were related linearly to the zeolite/P-rock ratio, and yields summed over four cuttings were as much as four times larger than control experiments.

Release of Trace Nutrients

Experiments indicate that zeolite in soil can aid in the release of some trace nutrients and in their uptake by plants. The release of phosphorus, potassium (K), manganese (Mn), zinc (Zn), iron (Fe), and copper (Cu) was enhanced by the presence of zeolite in a neutral soil. The concentration of Cu and Mn in sudangrass (in mg/kg) was significantly related to the zeolite/P-rock (x) in experimental systems that used two different NH4-saturated clinoptilolites, two different soils, and two different forms of P-rock.

Potential Harmful Effects

Zeolites can be harmful as well as helpful to plant growth. For example, zeolites with sodium as the chief exchange ion can be toxic to plants, and K-, Ca-, and NH4-poor zeoIites can scavenge these ions from soil solutions and thereby limit plant growth when used in soils that are deficient in these nutrients. These negative results emphasize the need to use appropriate zeolites during agricultural experimentation.

Source : http://www.usgs.gov

Tuesday 20 September 2011

Pupuk Zeolit, Si Murah Berkhasiat Tinggi untuk Kebun Sawit (bagian 2)

Dadang Gusyana - Information Officer, Indonesian Biotechnology Information Centre (Indo BIC) - member of ISAAA SEAsia Centre, 2005

Areal pertanaman sawit paling banyak mengalami degradasi tingkat kesuburan, baik kesuburan secara fisika, kimia ataupun biologi. Journal of Oil Palm Research mengemuka bahwa degradasi kesuburan lahan selain faktor produktivitas sawit yang tinggi juga disebabkan oleh hilangnya nutrisi pupuk karena terlarut melalui resapan air, perubahan cuaca, tidak ada perawatan tanah, tidak memperbaiki aerasi tanah dan tanah tidak lagi mengandung unsur mikro. Dari penelitian di Malaysia melalui studi kelayakan pada perkebunan sawit dengan menggunakan campuran pupuk dan zeolit di dapatkan perbandingan terbaik adalah NPK : Zeolit = 3 : 2. Hasil penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa zeolit dapat menghemat pupuk dan dapat meningkatkan hasil panen.


Gambar 1: Pada pemupukan tanaman dengan pupuk urea, dalam tanah urea akan membentuk ion amonium (NH4+), ion ini apabila tidak diikat oleh tanah (zeolit) maka akan terbuang percuma lewat air irigasi. Dengan demikian unsur hara yang diberikan lewat pemupukan akan lebih efisien apabila tanah pertanian diberi zeolit. Zeolit tidak hanya mengawetkan unsur N saja, tetapi juga K, Ca dan Mg.

Zeolit mempunyai kemampuan untuk mengawetkan pupuk. Kemampuan ini berarti akan menghemat biaya pemupukan, tetapi perlu diingat bahwa zeolit adalah bahan pedamping pupuk Urea, SP-36 dan KCI, bukan pengganti pupuk tersebut. Zeolit juga digunakan untuk mengurangi tingkat pencemaran logam berat seperti Pb, Cd, Zn, Cu2+, Mn2+, Ni2+ pada lingkungan. Modifikasi zeolit sebagai adsorben anion seperti NO3-, Cl-, dan SO4- telah dikembangkan melalui proses kalsinasi zeolit-H pada suhu 5500C.

Secara kimia kandungan zeolit yang utama adalah: Si02 = 62,75%; Al203 =12,71 %; K20 = 1,28 %; CaO = 3,39 %; Na2O = 1,29 %; MnO = 5,58 %; Fe203 = 2,01 %; MgO = 0,85 %; Clinoptilotit = 30 %; Mordernit = 49 %. Sedangkan nilai KPK antara 80 - 120 me/100 gr, nilai yang tergolong tinggi untuk penilaian tingkat kesuburan tanah. Nilai KPK ini akan menentukan kemampuan bahan tersebut untuk menyimpan pupuk yang diberikan sebelum diserap tanaman. Penelitian lainnya dilakukan oleh Winana, ES dkk, yang berjudul Perbaikain Medium Tanam dan Pertumbuhan Melalui Aplikasi Zeolit, Zeolit diketahui dapat memperbaiki kesuburan tanah antara lain melalui peningkatan kapasitas tukar kation.

Penelitian aplikasi zeolit dilakukan pada pembibitan kelapa sawit untuk mengetahui pengaruhnya terhadap medium tanam dan pertumbuhan serta serapan hara bibit kelapa sawit telah dilakukan di areal pembibitan kelapa sawit kebun percobaan Aek Pancur dengan menggunakan rancangan acak lengkap. Medium yang digunakan adalah tanah Typic Paleudults, Typic Udipsamments, dan Typic Hapludults. Perlakuan aplikasi zeolit terdiri dari 4 taraf dosis yaitu 0, 50, 100, dan 150 g/ polybag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zeolit ke dalam tanah umumnya mampu meningkatkan kandungan hara dalam tanah dan kapasitas tukar kation tanah.

Aplikasi zeolit sebagai bahan pembenah tanah pada pembibitan kelapa sawit tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan serapan hara bibit hingga umur 11 bulan. Namun demikian, secara umum aplikasi zeolit hingga dosis 100 g/polybag cenderung dapat meningkatkan pertumbuhan dan serapan hara bibit dibandingkan dengan perlakuan tanpa aplikasi zeolit, sedangkan aplikasi dengan dosis hingga 150 g/ polybag cenderung menurunkan pertumbuhan dan serapan hara.

Asal Usul Zeolit

Penemuan zeolit di dunia dimulai dengan ditemukannya Stilbit pada tahun 1756 oleh seorang ilmuwan bernama A. F. Constedt. Constedt menggambarkan kekhasan mineral ini ketika berada dalam pemanasan terlihat seperti mendidih karena molekulnya kehilangan air dengan sangat cepat. Sesuai dengan sifatnya tersebut maka mineral ini diberi nama zeolit yang berasal dari kata ‘zein’ yang berarti mendidih dan ‘lithos’ yang berarti batuan. Pada tahun 1784, Barthelemy Faujas de Saint seorang profesor geologi Perancis menemukan sebuah formulasi yang cantik hasil penelitiannya tentang zeolit yang dipublikasikan dalam bukunya “Mineralogie des Volcans”. Akhirnya berkat jasanya, pada tahun 1842 zeolit baru tersebut dinamai Faujasit.

Zeolit telah dipelajari oleh para ahli mineral selama lebih dari 250 tahun. Berikut ini diberikan tahun ditemukannya mineral zeolit .Semenjak awal tahun 1940-an, ilmuwan Union Carbide telah memulai penelitiannya untuk mensintesis zeolit dan mereka berhasil mensintesis zeolit A dan X murni pada tahun 1950, dan setelah itu banyak ditemukan zeolit sintesis jenis baru. Zeolit merupakan senyawa aluminosilikat terhidrasi yang memiliki kerangka struktur tiga dimensi (3D), mikroporous, dan merupakan padatan kristalin dengan kandungan utama silikon, aluminium, dan oksigen serta mengikat sejumlah tertentu molekul air di dalam porinya.

Karena sifat unik dari zeolit, maka zeolit banyak digunakan untuk berbagai aplikasi di industri diantaranya zeolit digunakan di industri minyak bumi sebagai ‘cracking’, di industri deterjen sebagai penukar ion, pelunak air sadah dan di industri pemurnian air, serta berbagai aplikasi lain.

Dalam bidang pertanian, secara umum zeolit fungsi zeolit adalah: (1) Meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air irigasi lahan persawahan, (2) Menjaga keseimbangan pH tanah, (3) Mampu mengikat logam berat yang bersifat meracun tanaman misalnya Pb dan Cd, (4) Mengikat kation dari unsur dalam pupuk misalnya NH4+ dari urea K+ dari KC1, sehingga penyerapan pupuk menjadi effisien, (5) Ramah lingkungan karena menetralkan unsur yang mencemari lingkungan. (6) Memperbaiki struktur tanah (sifat fisik) karena kandungan Ca dan Na, (7) Meningkatkan KPK tanah (sifat kimia), dan (8) Meningkatkan hasil tanaman.

Untuk informasi produk, dosis pemakaian, pemesanan dan harga klik disini

Agriculture and Plant Growing Use Of Natural Zeolite On Sandy Soil

Fields of using the natural zeolite embrace practically all kinds of human activities , and above all in agriculture, plant growing and ecology as follows .
  1. Ameliorant, natural fertilizer structure modifier, radionuclide absorber
  2. Soil deoxidizer (cations of heavy metals in the soil being decontaminated and the soil its elfbeingenriched with micro elements )
  3. Stabilizer of mineral fertilizers
  4. Mineral component of foamed glass and concrete.
  5. Active additive to grouting mortars for well cementing
  6. Abrasive materi al for producing cleaning compositions
  7. Ion exchanger and sorbent for water purification and softening


Natural HOUSEPLANTS preserves water in the soi l , retaining it for along time and supplying plants with it slowly and continuously.
The use of natural zeolite stops washing out of fertilizers from the soil , restores and increases ability of the soil to exchange nutrients for plants .
Natural zeolite prevents diseases of roots of the plants , being a source of micro elements and a soil temperature regulator.

A significant number of exchange bas es : Ca, Mg, Na, K and various microelements whos equantity distinctively exceeds their content in the soil , get into the soil together with zeolite. Thanks to the hghly active sorbent and to the appearance of exchange bases in the soil solution and the solid phase absorbing functions of the soil complex made up by sandy soils are increased.

The practical introduction of cli noptilolite into the soil results in the significant accumulation of mobile and absorbed calcium; it proves that the natural mineral and the soil interact immediately. The natural zeolite acts as an ion exchanger: cations from the clinoptilolite structure are replaced with hydrogen ions of the soil solution and of the soil solid phase. Thus , as a resul t of the cli noptilolite applicati on the content of Ca, K and Mg exchange bases in the soil absorbing complex is si gnificantly increased as compared with the initial one.

So the increase of the calcium content in the soil complex, caused by zeolite applicati on proves that it actively interacts not only with the soil but also with mineral fertilizers . The point in view is the exchange absorption of important-for-plant-nutrition cations introduced into the soil together with fertilizers . This property of natural zeolites is used to prevent losses of nutrient substances while they are accumulated in the soil .

Genetic resources of mineral and organic resources , being, as it is known, main carriers of the soil absorbing capacity are extremely limited in sandy soils , and consequently is limited is the capacity of the soil to absorb and retain nutritive substances . When natural zeolite is introduced into the soil the content of an active mineral fraction having good ion-exchange properties increases , resulting .in the growth of the absorbing capacity of the fertile soil . In practice the greatest increase in cation capacity may be attained when 1 hectare of land is treated wi th 15 tons of zeolite. This method is rather efficient and its effect is preserved for a long time: from 5 to 7 years .

The cation exchange capacity of the soil enriched with zeolite increases at the expense of natural reserves of alkaline earth elements cations as well as due to its elective exchange capacity to absorb and retain nutritive substances from fertili zers that have been introduced into the soil . With the increase of the absorbing capacity of the soil its most important properties improve which is reflected on the growth and heal th of plants .


Pupuk Zeolit, Si Murah Berkhasiat Tinggi untuk Kebun Sawit (bagian 1)

Penggunaan zeolite pada perkebunan kelapa sawit

Dadang Gusyana - Information Officer, Indonesian Biotechnology Information Centre (Indo BIC) - member of ISAAA SEAsia Centre, 2005

Penggunaan pupuk anorganik ditahun 1960 hingga 1990-an yang tidak rasional karena takarannya lebih tinggi dari yang dibutuhkan atau tidak berpedoman pada pemupukan berimbang berdasarkan konsep uji tanah, terbukti telah merusak tanah dan menurunkan efisiensi serapan hara dari pupuk. Bagaimana cara mengatasinya? Praktek konservasi tanah dan air serta penggunaan pembenah tanah dan pupuk organik di Indonesia harus diterapkan oleh petani. Zeolit dapat digunakan pada lahan pertanian terdegradasi sebagai tanah-tanah mineral masam bertekstus kasar dan dapat digunakan sebagai bahan campuran pupuk didasarkan pada sifat zeolit yang berfungsi sebagai soil amendment, sehingga efisiensi pemupukan dapat ditingkatkan.

Pada tahun 1999 zeolit pernah direkomendasikan untuk mendukung ketahanan pangan, tetapi dengan berbagai alasan seperti beredarnya zeolit yang palsu dan tidak ada penyuluhan secara intensif, akhirnya petani tidak menggunakannya lagi. Kehilangan N pupuk dalam tanah dapat ditekan dengan pembuatan pupuk slow release fertilizer (SRF) yang dibuat dari campuran urea dan zeolit. Gagalnya sosialisasi penggunaan zeolit mengakibatkan kandungan C-organik tanah cenderung terus menurun, sehingga terjadi kerusakan tanah.

Kerusakan tanah lebih dipercepat lagi akibat penggunaan pupuk anorganik yang intensif dengan takaran tinggi. Agar kerusakan tanah dapat diperbaiki, maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk meperbaiki sifat-sifat tanah melalui pemberian pembenah tanah tidak hanya zeolit, tetapi hendaknya dikombinasikan dengan pupuk organik (2 ton/ha) dan pupuk anorganik yang takarannya dapat dikurangi sampai 50%, sehingga produksi pertanian dapat ditingkatkan. Jika takaran pupuk yang diberikan 100% dari takaran anjuran maka residu pupuk berakhir lebih lama dengan peningkatan hasil yang lebih tinggi.

Pupuk Urea dan KCl yang diberikan ke tanah yang sebelumnya sudah diberi zeolit, maka kation NH4+-Urea dan kation K+-KCl dapat terperangkap sementara dalam pori-pori zeolit yang sewaktu-waktu dilepaskan secara perlahan-lahan untuk diserap tanaman. Sejumlah kation Al dan Fe tanah yang masuk dalam rongga-rongga ditahan dalam struktur zeolit yang bermuatan negatif, sehingga anion H2PO4- dari pupuk SP-36 sangat sedikit atau belum sempat diikat Al atau Fe akhirnya mudah diserap akar tanaman. Fenomena masuknya kation NH4+ dan K+ di rongga-rongga dalam struktur zeolit disebabkan zeolite clinoptilolite yang mempunyai nisbah Si/Al 4.5-5.0 dan KTK secara teori sekitar 225 cmol(+) Kg-1 mempunyai selectivity (kemampuan menyaring) kation dalam urutan dari besar sampai kecil (Cs>Rb>K>NH4>Ba>Sr>Na>Ca>Fe>Al>Mg>Li).

Zeolit sebagai pembenah tanah adalah mineral dari senyawa aluminosilikat terhidrasi dengan struktur berongga dan mengandung kation-kation alkali yang dapat dipertukarkan. Zeolit sebagai pembenah yang diberikan ke dalam tanah dengan jumlah relatif banyak dapat memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga produksi pertanian dapat ditingkatkan.

Sifat khas dari zeolit sebagai mineral yang berstruktur tiga demensi, bermuatan negatif, dan memiliki pori-pori yang terisi ion-ion K, Na, Ca, Mg dan molekul H2O, sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran ion dan pelepasan air secara bolak-balik. Zeolit mempunyai kerangka terbuka dengan jaringan pori-pori yang mempunyai permukaan bermuatan negatif dapat mencegah pencucian unsur hara NH4+-Urea dan kation K+-KCl keluar dari daerah perakaran, sehingga pupuk Urea dan KCl yang diberikan lebih efisien.

Aplikasi zeolit tidak sama dengan pembenah tanah lainnya (kaptan dan gypsum), sebab zeolit tidak mengalami penguraian dan jumlahnya masih tetap dalam tanah untuk meretensi unsur hara. Aplikasi zeolit berikutnya akan lebih memperbaiki kemampuan tanah untuk menahan unsur hara dan memperbaiki hasil. Zeolit tidak asam dan penggunaannya dengan pupuk dapat menyangga pH tanah, sehingga dapat mengurangi takaran kapur. Pemberian zeolit tidak hanya digunakan sebagai pembawa hara tanaman, tetapi juga sebagai perangkap logam berat (Cu, Cd, Pb, Zn) sehingga penyerapan/pengambilan kedalam rantai makanan dicegah atau berkurang.

Bagaimana manfaat pupuk zeolit pada kelapa sawit?

Bersambung ke bagian 2

Untuk informasi produk, dosis pemakaian, pemesanan dan harga klik disini

Wednesday 6 April 2011

Penggunaan Zeolite pada Pertanian beserta Dosis Pemakaian

Dasar Kebijakan Pemerintah:
  • SK Menteri Pertanian No 07/Kpts/Mentan/Bimas/XII/1998 tanggal 9 Desember 1998
  • Dirjen Tanaman Pangan & Hortikultura No. PR.130.760 .11.1998 tanggal 26 November 1998 telah menyetujui zeolite sebagai bahan pembenah tanah.
Fungsi zeolite bagi lahan pentanian :
  1. Menjaga keseimbangan pH tanah.
  2. Meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air irigasi lahan persawahan.
  3. Mampu mengikat logam berat yang bersifat meracun tanaman misalnya Pb dan Cd
  4. Mengikat kation dan unsur dalam pupuk misalnya NH4+ dan urea K+, KCl dan ion Posphat, sehingga penyerapan pupuk menjadi effisien (tidak boros).
  5. Ramah Iingkungan karena menetralkan unsur yang mencemari Iingkungan.
  6. Memperbaiki struktur tanah (sifat fisik) karena kandungan Ca dan Na.
  7. Meningkatkan KTK tanah (sifat kimia).
  8. Meningkatkan hasil tanaman
Zeolite juga sangat mendukung sistem pertanian, dengan menggunakan zeolite hasil produk pertanian akan lebih optimal.
Cara Penggunaanya :
  1. Penggunaan zeolite sebaiknya dilakukan pada saat pengolahan tanah (Penggarukan) Yaitu dengan cara ditebarkan secara merata dengan dosis sebesar 100 gram/m2
  2. Campurkan dengan pupuk pada saat pemupukan dengan perbandingan sekitar 5% - 20% dari dosis pupuk yang digunakan




Untuk Tanaman Tahunan & Perkebunan :
Berikut Ini adalah Caranya :
  1. Sebagai Pupuk dasar pada lahan yang akan ditanami dengan aa dicampur dengan pupuk tunggal Lainnya (Urea)
  2. Ditebar merata sesuai dosis anjuran pada parit yang dibuat sedalam 20 cm mengelilingi batang tanaman pada lingkaran sesuai dengan proyeksi tajuk daun dan diberikan bersama dengan pupuk tunggal lainnya pada awal musim hujan.
  3. Jika pemberian dilakukan dengan sistem tebar pada permukaan tanah sebaiknya dilakukan pada saat pengolahan tanah atau sebelum penanaman (Sebagaimana point 1).
  4. Jika pemberiannya dilakukan setelah penanaman (umur muda) gunakan system tunggal atau larikan (garis) diantara tanaman dengan kedalaman 5 sampai dengan 10 cm atau dibuatkan parit sedalam 20 cm mengelilingi batang tanaman, selanjutnya pupuk ditebar merata sesuai dengan dosis anjuran.

Dosis penggunaan :

Saturday 26 March 2011

Effect of limestone particle size on egg production and eggshell quality of hens during late production


Effect of limestone particle size on egg production and eggshell quality of hens during late production

F.H. de Witt#, N.P. Kuleile, H.J. van der Merwe and M.D. Fair
Department of Animal, Wildlife and Grassland Sciences, University of the Free State, P.O. Box 339, Bloemfontein 9300, South Africa

Abstract

A study was conducted to determine the influence of different particle size limestone in layer diets on egg production and eggshell quality during the later stages of egg production (>54 weeks of age). Calcitic limestone (360 g Ca/kg), consisting of small (<1.0 mm), medium (1.0 - 2.0 mm) and large (2.0 - 3.8 mm) particles were obtained from a specific South African source that is extensively used in poultry diets Isoenergetic (14.32 MJ AME/kg DM) and isonitrogenous (172.01 g CP/kg DM) diets with a dietary Ca content of 39.95 g Ca/kg DM were used. Sixty nine, individual caged Lohmann-Silver pullets, 17 weeks of age, were randomly allocated to the three treatments (n = 23) for the determination of various egg production and eggshell quality characteristics. Egg production and eggshell quality data recorded on individual basis at 54, 58, 64 and 70 weeks of age were pooled to calculate and statistical analysed parameter means for the late production period. Different limestone particle sizes had no effect on any of the tested egg production and eggshell quality parameters. These results suggested that larger particles limestone are not necessarily essential to provide sufficient Ca2+ to laying hens for egg production and eggshell quality at end-of-lay, provided that the dietary Ca content satisfies the requirements of the laying hen.
________________________________________________________________________________
Keywords: Lohmann-Silver, feed efficiency, egg weight, eggshell thickness, calcification
# Corresponding author. E-mail: dewittfh.sci@ufs.ac.za

Pengaruh Penambahan Zeolite pada Kualitas Telur Puyuh

PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH [The Effect of Zeolit Addition in the Ration on Egg Quality of Quail (Coturnix coturnix japonica)]

Sihombing, G and Avivah, Avivah and Prastowo, S (2006) PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH [The Effect of Zeolit Addition in the Ration on Egg Quality of Quail (Coturnix coturnix japonica)]. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture, 31 (1). pp. 28-31. ISSN 0410-6320



Abstract

ABSTRAK Sebanyak 125 ekor burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) telah digunakan untuk mengkaji pengaruh pemberian zeolit dalam ransum terhadap kualitas telur. Burung dialokasikan sesuai rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan, lima ulangan dan masing-masing ulangan terdapat lima ekor burung puyuh. Perlakuan yang diberikan adalah penambahan zeolit pada ransum basal pada masing-masing perlakuan yaitu T0 (0%), T1 (2,5%), T2 (5%), T3 (7,5%) dan T4 (10%). Kualitas telur yang diamati adalah berat telur, persentase berat kerabang, persentase berat kuning telur, persentase berat albumen, tebal kerabang, indeks kuning telur, dan indeks albumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan zeolit pada ransum basal sampai level 10% secara umum tidak memberikan pengaruh yang signifikan, tetapi penambahan zeolit sampai level 7,5% akan memberikan pengaruh berbeda pada peningkatan tebal kerabang telur. Kata kunci : zeolit, ransum, telur, burung puyuh ABSTRACT A hundred and twenty five quail (Coturnix coturnix japonica) have been used to study the effect of zeolite addition in a ration on quail eggs quality. The birds were allotted to a completely randomized design, with five treatments, five replications and each replication contained five quails. The treatments were T0 (0%), T1 (2.5%), T2 (5%), T3 (7.5%) and T4 (10%). The parameters of egg quality observed were egg weight, egg shell weight, yolk weight percentage, albumen weight percentage, eggshell thickness, yolk index and albumen index. The results showed that zeolite addition in the ration up to 10% did not significally affect overall egg quality, though the zeolite addition up to 7.5%. eggshell thickness.

Sumber : http://eprints.undip.ac.id

Wednesday 2 March 2011

Agriculture Conditions using Zeolite

Raw material zeolite from Sukabumi mining

ENHANCING OF GROWTH, ESSENTIAL OIL YIELD AND COMPONENTS OF YARROW PLANT (Achillea millefolium) GROWN UNDER SAFE AGRICULTURE CONDITIONS USING ZEOLITE AND COMPOST

E. M. Z. Harb and M. A. Mahmoud
Agricultural Botany Department, Plant Physiology, Faculty of Agriculture, Cairo University, Giza, Egypt

ABSTRACT

The unique cation exchange, adsorption, hydration-dehydration and catalytic operties of natural zeolites (as granules) loaded with micronutrients, have promoted their use in clean agriculture as soil amendments and slow-release fertilizers. This research was conducted in open field to investigate the effects of natural zeolite, organic fertilizer (compost) and combination of them on herb growth, oil yield and components of Yarrow plants (Achillea millefolium). The results indicated that zeolite loaded with micronutrients mixed with organic fertilizer led to significant increase in fresh weight, dry weight,number of flowers, total chlorophylls, carbohydrates content, oil yield as well as major ingredients of essential oil, and mineral nutrients, in comparison with the recommended dose of chemical fertilizers NPK (control) under the same conditions. These results undoubtedly confirm that zeolite and organic fertilizer (compost) mixture could replace the application of chemical fertilizers and consequently improve the quality and quantity of Achillea yield. This application may have direct impacts on safety and efficacy of herbal active constituents which entail for medicinal and aromatic products. Besides minimizing economic costs and pollution of agricultural environment.

Key words: Achillea millefolium , chemical fertilizers, organic fertilizer, yarrow plant , zeolite.

Tuesday 14 December 2010

Manfaat Zeolite pada Tanah, Tanaman, Ternak dan Tambak


Bahan baku zeolite dari lokasi tambang Cikembar, Sukabumi ex PT Khatulistiwa Hijau Prima

Zeolite pertama kali ditemukan pada tahun 1756 oleh seorang ahli mineralogy swedia bernama cronsdet. Nama zeolite berasal dari dua kata yunani, yaitu zein (mendidih) dan lithos (batuan), karena mineral ini memiliki sifat mendidih/mengembang saat dipanaskan (diaktivasi).

Dengan majunya penemuan teknologi, zeolite disebut dengan nama mineral serba guna, karena fungsinya yang sangat beraneka ragam, seperti untuk :
* Pertanian.
* Perkebunan.
* Perindustrian.
* Peternakan.
* Perairan (pertambakan dan perikanan).
* Pengolahan air bersih.
* Dan lain-lain.

MANFAAT PADA TANAH
* Membenahi kondisi tanah (fisik, kimia dan biologi tanah).
* Meningkatkan hara tanaman dan kafasitas tukar ion (ktk).
* Mempengaruhi sifat kimia tanah seperti peningkatan kalsium (Ca), kalium (K), penurunan alumunium (Al).
* Mengurangi keracunan logam berat dan tingkat kelarutan ion Fe dan Al.
* Memelihara kelestarian lingkungan.

MANFAAT PADA TANAMAN
* Meningkatkan produktivitas dan kualitas produk.
* Mempercepat pertumbuhan tanaman.
* Meningkatkan ketahanan tanaman dari hama/penyakit.
* Mengefisienkan penggunaan pupuk.
* Melepaskan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman secara teratur dan perlahan.
* Mengurangi hilangnya pupuk karena terbawa arus air.

Komposisi pemakaian

Dalam pemakaian, zeolite ini tidak sendiri, tetapi digabung dengan kebutuhan vitamin, pupuk, dan mineral lain.

Komposisi campuran: Urea : SP-36 : KCl : Zeolite = 200 :100 : 125 : 300

Hasil

* Ketersediaan hara N mneingkat hingga 63 %
* Peningkatan hasil produksi sebesar 20 – 30 %
* Menstabikan ph tanah
* Berat seribu butir gabah naik hingga 15 %
* Gabah hampa turun hingga 36 %
* Rendeman beras naik hingga 11 %

MANFAAT PADA TERNAK
* Mempercepat pertumbuhan/ pertambahan berat badan.
* Meningkatkan kesehatan dan ketahanan terhadap diarchea dan pernafasan.
* Meningkatkan selera makan dan vitalitas.
* Memperlancar proses pencernaan dan penyerapan makanan.
* Mempertinggi mutu daging/kualitas.
* Meningkatkan efisiensi penggunaan pakan.
* Meningkatkan produksi susu (sapi) dan telur ayam.
* Membuat tinja lebih kering dan mengurangi bau.
* Menurunkan mortalitas.
* Memperkeras kulit telur (unggas).

Zeolite dicampurkan pada pakan sebanyak 5 – 10 %

MANFAAT PADA TAMBAK
* Meningkatkan kelangsungan hidup benur
* Meningkatkan produksi tambak udang
* Menyerap unsur NH4, H2S, besi, dan logam
* Merawat dan membersihkan kotoran dan sisa pakan
* Mengurangi kandungan amoniak dalam media budi daya ataupun media transportasi ikan/udang, sehingga berpengaruh pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang/ikan serta hewan air lainnya yang bersifat ammonotelic
* Mengurangi kebutuhan air dalam kegiatan budi daya perairan intensif
* Makanan tambahan

Untuk merawat dan membersihkan kotoran dan sisa pakan, ditebarkan Zeolite sebanyak 50 kg/m 2/minggu.
Untuk tambak baru atau setelah panen, pada dasar tambak ditebarkan Zeolite sebanyak 500 kg/ha.


Artikel lainnya:




Pupuk Zeolit, Si Murah Berkhasiat Tinggi Untuk Kebun Sawit (Bagian 2)
Agriculture And Plant Growing Use Of Natural Zeolite On Sandy Soil
Pupuk Zeolit, Si Murah Berkhasiat Tinggi Untuk Kebun Sawit (Bagian 1)
Penggunaan Zeolite Pada Pertanian Beserta Dosis Pemakaian
Effect Of Limestone Particle Size On Egg Production And Eggshell Quality Of Hens During Late Production
Pengaruh Penambahan Zeolite Pada Kualitas Telur Puyuh
Agriculture Conditions Using Zeolite
PT KHATULISTIWA HIJAU PRIMA
Manfaat Zeolite Pada Tanah, Tanaman, Ternak Dan Tambak
Cara Mudah Membuat Pupuk Organik Cair (POC)
Usaha Pembuatan Pupuk Organik Instan
Manfaat Zeolite Pada Bidang Pertanian
Menghitung Kebutuhan Kompos
Standar Pupuk Organik Granul Perlu Direvisi
Go Organik 2010 Tidak Mencapai Target
Mau Jadi Profesional Atau Entrepreneur ?
Clinoptilolite Zeolites
Potensi Zeolit Untuk Mengolah Limbah Industri Dan Radioaktif
Indonesia Belum Serius Memanfaatkan Zeolit
Peresmian Laboratorium Bahasa Dan Multimedia Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Kab. Sukabumi
Sekolah Bertaraf Internasional ( SBI ) Kabupaten Sukabumi
Tegalbuled Miliki Pabrik Rp 50 Juta Dollar
Zeolit Sebagai Mineral Serba Guna
These Are The Members Of The Zeolite Group
The Zeolite Group Of Minerals
Etika Bisnis Dalam Islam
Inquiry About Lead Ore
Cintakan Allah Sungguh Agung
Maukah Anda Berpenghasilan Besar Dan Luar Biasa?
Kunci Sukses
Guest Book
Exchange link
Daftar Isi

Monday 30 August 2010

Cara Mudah Membuat Pupuk Organik Cair (POC)

Pupuk konvensional, kimiawi, sintetis, artifisial, setelah memberikan “keajaiban” di masa “revolusi hijau”, ternyata menghasilkan banyak masalah. Pertama menurunkan kesuburan tanah, selanjutnya… ketergantungan, harga mahal, barang langka, marak pemalsuan, dan silakan teruskan sendiri.

Lalu, kenapa tidak membuatnya dengan tangan sendiri. Bahannya, mudah didapat di sekitar kita.

Berikut, salah satu cara mudah membuat pupuk organik (organic fertilizer) dalam wujud cair.
Bahan dan alat:
  1. Kotoran domba/kambing
  2. Air bersih (dalam artian tidak tercemar bahan kimia beracun/berbahaya)
  3. Ragi tape (boleh ditambah bioaktivator seperti yang banyak dijual di pasar, kalau ada)
  4. Tong/drum ukuran volume 100-120 liter

Hanya dengan empat langkah sederhana yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Klik pada gambar untuk memperbesar tampilan):



Setelah satu pekan, pupuk dapat digunakan. Paling cocok untuk diterapkan pada tanaman hortikultura.

Sebelum digunakan untuk memupuk, campurkan 15 cc air POC ke dalam 1 liter air. Berikan pada tanaman 1 minggu 1 kali. Manfaatnya adalah keniscayaan.

sumber : http://dusunlaman.net

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More