KUJATAMA - Natural Mineral Zeolite Industry Traffic Exchange with 1,460,000+ members Adsense Indonesia adf.ly - shorten links and earn money!

ZEOLIT, SI MURAH BERKHASIAT TINGGI UNTUK KEBUN SAWIT

Penelitian aplikasi zeolit dilakukan pada pembibitan kelapa sawit untuk mengetahui pengaruhnya terhadap medium tanam dan pertumbuhan serta serapan hara bibit kelapa sawit ....Readmore

MANFAAT ZEOLITE PADA TANAH, TANAMAN, TERNAK DAN TAMBAK

Dengan majunya penemuan teknologi, zeolite disebut dengan nama mineral serba guna, karena fungsinya yang sangat beraneka ragam, .... Readmore

NATURAL ZEOLITE FOR RADIATION PROTECTION

Toxic nuclear radiation is being spread all around our world due to many reactors malfunctioning or spilling their deadly load into the environment. Radiation can .... Readmore

MEMBUAT FILTER AIR SEDERHANA DENGAN ZEOLITE

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Karena itu jika kebutuhan akan air tersebut belum tercukupi maka dapat memberikan dampak .... Readmore

HZP (Soil Conditioner)

Solusi memperbaiki lahan, meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian. Terdaftar.....Readmore.

Showing posts with label Soil Conditioner. Show all posts
Showing posts with label Soil Conditioner. Show all posts

Tuesday 29 April 2014

Manfaat Mineral Zeolit untuk Bidang Perikanan

Manfaat Mineral Zeolit untuk Bidang Perikanan
Produk natural mineral zeolite selain dapat digunakan untuk meningkatkan effektifitas pemupukan dalam bidang pertanian, juga dapat dimanfaatkan sebagai media pengolah tanah dasar tambak/kolam berperan dalam hal :

  1. Menyerap dan menukar senyawa kimmia yang meracuni air tambak/kolam seperti N2,NH3 ( Amoniak ) , H2S, COD , BOD dan CO2 
  2. Menigktkan kada Oksigen ( O2) 
  3. Menetralisir keasaman tanah dasar tambak/kolam dan merangsang pertumbuhan plankton 
Selain itu produk miineral Zeolit ini apt berfungis

  1. Menjaga stabiitas air tambak/kolam pada tingkat ideal 
  2. Meningkatkan nafsu makan bagi udang/ikan dan mengefektifikan pemakaian pakan 
  3. Menyehatkan dan menurunkan tingkat kematian udang/ikan 
  4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi udang/ikan 
  5. Menurunkan polusi/tingkat pencemaran yang timbul dari kotoran dan sisa pakan yang membusuk
Natural mineral zeolite juga dapat dipakai sebagai penyerap atau pengontrol Amonium yang dikeluarkan udang/ikan setelah mereka diberi makan .
Bila hal tersebut tidak dikontrol , jumlah amonium yang terkumpul akan meracuni udang/ikan tersebut.
Dengan pemakaian natural mineral zeolite pada ruang yang sama maka jumlah udang/ikan yang dpat dipelihara dapat lebih banyak.

Dosis Pemakaian mineral Zeolit pada tambak/kolam 
Dosis pemakain zeolit pada tambak udang / ikan

  1. Untuk keprluan Reklamasi Tambak ( Pembenihan Ulang Pada Tambak adalah - 1 ton s/d 2 ton per hektar tambak 
  2. Untuk Perawatan Tambak : - 50 kg s/d 100 kg perminggu per petak , selama perawatan 3 bulan ( ukuran petak : 2.500 m2 s/d 3.000 m2 ) 
  3. Untuk Treatment ( Perlakuan apabila ada udang atau ikan sakit : - 200 kg / petak dengan tujuan untuk mengurangi kemungkinan efek racun dari gas H2S dan lain-lain dari pembusukan sisa pakan pada tambak tersebut.

Sunday 13 April 2014

Zeolit, Bahan Pembenah Tanah

Mesin Pembakaran Zeolite Granular
Tanaman padi merupakan sumber pokok bahan pangan di Indonesia. Dengan demikian areal pertanaman padi paling banyak mengalami degradasi tingkat kesuburan. Kesuburan ini dapat digolongkan dalam tiga kelompok yaitu: kesuburan fisika, kimia dan biologi. Menurunnya kesuburan lahan pertanaman padi merupakan ancaman bagi kelanjutan ketersediaan pangan secara nasional. 

Untuk mengatasi menurunnya kesuburan tanah ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Termasuk dengan cara memberikan bahan pembenah tanah. Bahan pembenah tanah ini antara lain adalah batuan alami zeolit.  

Batuan zeolit adalah mineral alami berbahan dasar kelompok alumunium silikat yang terhidrasi logam alkali dan alkali tanah (terutama Na dan Ca). Batuan ini berwama abu-abu sampai kebiru-biruan. Para ahli mineralogi menyatakan zeolit mengandung lebih dari 30 mineral alami. Diantaranya: Natrolit, Thomsonit, Analit, Hendalit, Clinoptilotit dan Mordernit

Abu Vulkanis 

Mineral ini berasal dari tufa abu vulkanis. Pertama kali ditemukan oleh mineralogist Swedia, Axel Frederick Crontstedt. Nama zeolit sendiri berasal dari bahasa Latin yang artinya batu yang mendidih. Karena salah satu karakternya melepas air yang dikandungnya waktu dipanaskan sehingga nampak seperti batu yang mendidih. Dengan pemanasan sampai 500 derajat C maka zeolit akan mengalami aktifasi, berupa kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi. Kemampuan mengikat kation inilah yang akan banyak dibahas dalam penulisan masalah zeolit ini. 

Dalam Dunia Pertanian 

Pemanfaatan zeolit di Indonesia masih terbatas, karena belum semua masyarakat tani Indonesia menyadari manfaatnya. Yakni sebagai bahan pembenah tanah. Salah satu sifat kimia dari zeolit adalah kemampuannya mengikat kation yang tinggi. Dalam ilmu tanah disebut dengan KPK (Kapasitas Pertukaran Kation). Nilai KPK dari zeolit ini adalah 120 me/100 gr. 

Nilai KPK ini merupakan parameter tingkat kesuburan suatu jenis tanah. Maka apabila zeolit yang sudah diproses kemudian diberikan pada lahan pertanian akan meningkatkan nilai KPK tanah sekaligus meningkatkan kesuburan tanah. Nilai KPK ini akan menentukan kemampuan tanah untuk mengikat (mengawetkan) pupuk yang diberikan. 

Misalnya tanah dipupuk dengan Urea. Dalam tanah urea akan membentuk ion amonium (NH4+), ion ini apabila tidak diikat oleh tanah (zeolit) maka akan terbuang percuma lewat air irigasi. Dengan demikian unsur hara yang diberikan lewat pemupukan akan lebih efisien apabila tanah pertanian diberi zeolit. Zeolit tidak hanya mengawetkan unsur N saja, tetapi juga K, Ca dan Mg. 

Kemampuan mengawetkan pupuk ini berarti akan menghemat beaya pemupukan. Secara kasar petani di eks Karesidenan Surakarta bisa menghitung apabila menggunakan zeolit maka akan menghemat pupuk sekitar 30 % dari dosis yang diberikan. Hal ini tanpa mengurangi produksi tanaman padi. Bahkan untuk tanah dengan kandungan P sedang sampai cukup selama tiga musim tanam berturut-turut petani tidak menggunakan pupuk P (TSP atau SP 36), hanya dengan menambahkan zeolit pada pupuk mereka. 

Bahkan karena realitas di atas ada sebagian petani yang beranggapan bahwa zeolit bisa menggantikan peran pupuk P sebagai pupuk dasar. Sebenarnya dari produsen sudah mencantumkan dalam kemasan tentang penggunaan zeolit tersebut. Bahwa zeolit adalah bahan pedamping pupuk Urea, SP-36 dan KCI, bukan pengganti pupuk tersebut. Tetapi dalam bahasa bisnis sering dikatakan sebagai pupuk dasar (pupuk P) yang murah......

Kandungan Utama 

Secara kimia kandungan zeolit yang utama adalah: Si02 = 62,75%; A1203 =12,71 %; K20 = 1,28 %; CaO = 3,39 %; Na2O = 1,29 %; MnO = 5,58 %; Fe203 = 2,01 %; MgO = 0,85 %; Clinoptilotit = 30 %; Mordernit = 49 %. Sedangkan nilai KPK antara 80 - 120 me/100 gr, nilai yang tergolong tinggi untuk penilaian tingkat kesuburan tanah. Nilai KPK ini akan menentukan kemampuan bahan tersebut untuk menyimpan pupuk yang diberikan sebelum diserap tanaman.

Secara umum fungsi zeolit bagi lahan pertanian adalah:
  • Meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air irigasi lahan persawahan. 
  • Menjaga keseimbangan pH tanah. 
  • Mampu mengikat logam berat yang bersifat meracun tanaman misalnya Pb dan Cd. 
  • Mengikat kation dari unsur dalam pupuk misalnya NH4+ dari urea K+ dari KC1, sehingga penyerapan pupuk menjadi effisien (tidak boros). 
  • Ramah lingkungan karena menetralkan unsur yang mencemari lingkungan.
  • Memperbaiki struktur tanah (sifat fisik) karena kandungan Ca dan Na. 
  • Meningkatkan KPK tanah (sifat kimia). 
  • Meningkatkan hasil tanaman. 

Bila dibandingkan dengan bahan organik dalam fungsinya sebagai pemantap tanah, maka zeolit akan lebih unggul. Secara teknis sebenarnya bahan organik juga bisa menggantikan peran zeolit. Tetapi ada beberapa kelemahan dari bahan organik sehubungan dengan aplikasinya di lahan pertanian. Kelemahan itu antara lain bahan organik akan melepaskan asam-asam organik yang akan menurunkan pH tanah. Menurunnya pH tanah berarti menurun pula tingkat kesuburan tanah.

Bahan organik juga mempunyai sifat mengikat dan tidak akan melepaskan unsur-unsur mikro (chellating agent) sehingga tanaman kekurangan unsur mikro (Fe, Mn, Cu dan Mo). Kemudian dalam aplikasinya sulit disosialisasikan pada tingkat petani, karena kuantitasnya yang besar dan tidak semua petani memiliknya.

Tetapi dengan menggunakan zeolit maka petani akan lebih mudah dalam aplikasinya di lahan pertanian. Disamping karena harganya murah juga dapat dipakai dengan mudah dan ringkas.

Penggunaan zeolit dalam lahan pertanian ibarat memberi makan tanaman dengan wadahnya. Jadi apabila tanah diberi pupuk dengan tambahan zeolit, maka ibaratnya zeolit adalah wadahnya dan pupuk adalah makanannya. Dengan demikian pupuk (makanan) yang diberikan pada tanaman akan selalu tersedia dan awet karena tidak tercecer kemana-mana.

 Tambang Zeolit 

Potensi bahan tambang zeolit di Indonesia sangat melimpah. Hampir setiap daerah yang memiliki pegunungan kapur maka disitulah kaya akan zeolit. Kebanyakan zeolit di Indonesia didominasi oleh jenis mineral Mordernit dan Klinoptilotit. Misalnya untuk Jawa Barat bagian selatan terdapat di Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Untuk dapat dipakai sebagai bahan pembenah tanah maka zeolit harus diproses terlebih dahulu.
Proses tersebut secara sederhana dapat dirangkai sebagai berikut:
  1. Penambangan dari areal tambang berupa batuan bongkah-bongkah batu zeolit yang berwarna kelabu sampai hijau tua diambil dari lokasi penambangan. 
  2. Aktifasi berupa pemanasan seperti layaknya membakar batu kapur. Dikehendaki untuk menjadikan zeolit menjadi mineral aktif maka dipanaskan pada suhu minimal 500 derajat C. 
  3. Penghancuran (chrussing). Dengan menggunakan jaw chrusser maka dari bongkah-bongkah batuan zeolit dipecah menjadi ukuran yang lebih kecil. 
  4. Penghalusan (grinding dan screening). Proses ini bertujuan untuk mendapatkan bentuk tepung dari batuan zeolit. Ukuran yang dikehendaki untuk keperluan pertanian antara 80-100 mesh. Sedangkan untuk keperluan industri di atas 300 mesh. 
  5. Granulasi. Untuk memudahkan aplikasi di lahan pertanian maka dari bentuk tepung dibuat butiran (granulair). Ukuran granulasi ini biasanya antara 3 mm-5 mm. Bentuk butiran ini akan segera larut bila berada dalam air sehingga akan cepat bereaksi dengan pupuk yang diberikan. 
  6. Pengemasan. Guna memudahkan dalam pengangkutan maka dari bentuk butiran ini dikemas dalam karung dengan berat 50 kg. Kemudian diberi merk sesuai dengan keinginan masing-masing perusahaan. Dianjurkan untuk penggunaan pada tanah yang berpasir berukuran 100 mesh atau lebih sedangkan untuk tanah tekstur lempungan ukurannya di bawah 100 mesh. 

Prospek Pengembangan 

Suatu langkah terobosan yang patut diperhatikan penggunaan zeolit sebagai pembenah tanah. Bagi daerah yang berpotensi untuk eksplorasi dan eksploitasi bahan tambang tersebut seyogyanya mulai berbenah diri. Memanfaatkan potensi alam tersebut untuk pengembangan dan pembangunan wilayah. Sebenarnya zeolit banyak diperlukan pada berbagai sektor industri. Mulai dari industri kertas, elektronika, deterjen, filter polutan dll. Bisa dihitung berapa juta ton pupuk bisa dihemat apabila penggunaan zeolit dicanangkan di seluruh Indonesia. (Ir Harjono-35)
Sumber : suaramerdeka.com

Saturday 17 March 2012

Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Dengan Zeolit


Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Dengan Pembenah Tanah Zeolit


Meskipun pengembangan pembenah tanah zeolit sudah lama dipromosikan oleh swasta di bidang pertanian, tetapi penggunaannya belum banyak diketahui petani. Sehubungan dengan pengetahuan petani terhadap zeolit masih rendah, maka hal ini mengakibatkan pemasaran zeolit masih terhambat.

Di samping itu, masalah lambatnya pengembangan pembenah tanah zeolit di bidang pertanian disebabkan kurangnya koordinasi antara pemerintah dan swasta dalam melakukan upaya tindak lanjut untuk mencapai sasaran yang dituju. Pada situasi dan kondisi seperti itu akhirnya zeolit sebagai “mineral masa depan multi guna” banyak diekspor. Penyebab masalah kesulitan pengembangan zeolit masa lalu tidak hanya harus diungkap, tetapi juga harus dicari solusi pemecahan masalahnya dengan mencari informasi langsung dari petani.

Pengembangan pembenah tanah zeolit di bidang pertanian selama ini banyak dilakukan swasta. Apa yang dilakukan swasta tersebut sangat baik jika ada informasi yang lengkap tentang dimana dan berapa luas (calon lokasi) lahan pertanian yang terdegradasi. Sebenarnya yang mempunyai informasi calon lokasi lahan pertanian yang terdegradasi adalah pemerintah. Keterlambatan pemerintah untuk merumuskan kebijakan tentang pengembangan pembenah tanah dijadikan alasan swasta untuk mempromosikan produknya langsung ke petani. Sebagai contoh, jenis pembenah tanah zeolit yang dikenal dan digunakan petani antara lain adalah ........ di Lampung, ...... di Jawa Barat, dan ....... di Jawa Timur. Sumber informasi pembenah tanah zeolit yang diperoleh petani terutama berasal dari agen distributor zeolit/pedagang, sedangkan informasi yang diperoleh dari penyuluh pertanian sangat kecil. Fakta di lapang membuktikan bahwa ada agen distributor zeolit yang memberi subsidi zeolit kepada petani untuk satu kali musim tanam.

Langkah swasta tersebut perlu disambut dengan baik, namun harus dipastikan terlebih dahulu mutunya. Zeolit yang bermutu baik dipastikan sudah lolos uji mutu (LUM) dan lolos uji efektivitas (LUE) dan mendapatkan Nomor Registrasi dari Pusat Perijinan dan Investasi (PPI) di Departemen Pertanian. Jika zeolit sudah lolos LUM dan LUE maka pada saat dilakukan demonstrasi plot (demplot), petugas PPL mengawal pelaksanaannya dengan sungguh-sungguh agar teknik demplot dilakukan dengan baik dan benar.

Jika tidak dilakukan pengawalan maka petani menentukan keinginannya sendiri, misal takaran pupuknya dikurangi disebabkan kekeliruan informasi bahwa zeolit dapat menggantikan peranan pupuk. Fakta menunjukkan bahwa hasil demonstrasi plot pembenah tanah zeolit yang dilakukan pada lahan pertanian milik petani ada yang menaikkan dan ada juga yang menurunkan gabah kering panen (GKP). Aplikasi Zeolit menaikkan hasil GKP, hal ini disebabkan ada petani yang memberikan pupuk kandang sebanyak 5 ton/ha, sehingga produksi GKP dapat mencapai 8.5 ton/ha. Peningkatan produksi GKP tidak hanya dipengaruhi pemberian pupuk kandang saja, tetapi jika dikombinasikan dengan zeolit maka efisiensi serapan hara yang berasal dari pupuk kandang dan pupuk anorganik lebih tinggi lagi. Aplikasi zeolit menurunkan hasil GKP, hal ini disebabkan takaran zeolit yang diberikan masih rendah, dan takaran pupuk SP-36 dan KCL dikurangi atau sama sekali tidak diberikan karena kelangkaan pupuk atau harganya mahal, dan agen distributor zeolit tidak memberi subsidi pupuk anorganik karena alasan keterbatasan dana.


Pupuk organik dan zeolit yang diberikan secara bersamaan dengan dosis yang tepat dapat mempertahankan kelembaban tanah yang lebih lama, sehingga fluktuasi suhu di sekitar perakaran sangat kecil dan suhu tidak naik drastis (suhu tanah relatif stabil) setelah air diberikan ke tanah. Tanpa pemberian zeolit maka suhu tanah di sekitar perakaran meningkat drastis yang mengakibatkan kandungan C-organik cepat teoksidasi dan ketersediaannya di dalam tanah tidak dapat dipertahankan lebih lama lagi.

Pengalaman membuktikan jika 100 ton pupuk kandang diberikan pada lahan masam yang didominasi mineral kaolinit untuk budidaya tanaman nenas dengan teknologi tinggi, maka dalam waktu kurang dari 6 bulan kandungan C-organik di dalam tanah turun kembali pada nilai sebelum pemberiannya yaitu 1%, hal ini disebabkan tingkat degradasi lahannya sudah berat. Pengelolaan lahan tergradasi dengan teknologi tinggi mulai dari pengolahan lahan dengan traktor, pemberian pupuk anorganik cair tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Fakta membuktikan bahwa setelah tanah diolah maka begitu turun hujan tanah menjadi padat lagi, dan pupuk cair yang diberikan banyak hilang tercuci, sehingga efisiensi pemupukan sangat sulit ditingkatkan dan indikatornya adalah penurunan produktivitas lahan sampai 50%. Formulasi pemberian zeolit dan bahan organik serta pupuk anorganik dengan takaran yang relatif berimbang berdasarkan uji tanah spesifik lokasi dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Hasil penelitian pengaruh zeolit dengan merek tertentu terhadap produktivitas lahan sawah dan pertumbuhan serta hasil padi varietas IR-64 di 3 tempat dengan kondisi sawah yang berbeda (sawah tadah hujan, sawah berpengairan teknis, sawah berpengairan desa) bahwa takaran zeolit masing-masing adalah 150 kg/ha untuk lahan sawah berpengairan teknis di Desa Sukadana (Subang), 200 kg/ha untuk lahan sawah tadah hujan di Desa Bangle (Karawang), 250 kg/ha untuk lahan sawah berpengairan desa di Desa Cacuban (Sumedang). Tingkat efisiensi pemberian zeolit meningkat dengan meningkatnya kandungan pasir+debu, dimana tingkat efisiensi dari tinggi sampai rendah, yaitu 56% di Sumedang, 35% di Karawang, dan 31% di Subang. Peningkatan efisiensi pemberian zeolit cenderung berkorelasi dengan kandungan pasir + debu, dimana tingkat efisiensi pemberian zeolit 35% di Karawang dengan kandungan (pasir + debu) 44% dengan pendapatan bersih Rp. 2.820,- dan tingkat efisiensi 31% di Subang dengan kandungan (pasir+debu) 14% dengan pendapatan bersih Rp. 2.315,- untuk setiap I (satu) kg zeolit (Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lembang, 1997). Selama teknis pelaksanaan inovasi teknologi yang diterapkan oleh petani sudah baik dan benar, maka pemberian pembenah tanah zeolit dapat meningkatkan produksi GPK > 25%. Perbedaan peningkatan produksi GKP sangat ditentukan perbedaan faktor teknis panca usahatani, yaitu: (1) sempurna dan tidak sempurnanya pelumpuran tanah setelah tanah diolah dua kali, (2) potensi daya hasil dari varietas padi yang ditanam tinggi atau rendah, (3) takaran pupuk yang diberikan berimbang atau tidak, (4) cara pemberian air teratur atau tidak, (5) pencegahan hama dan penyakit tanaman teratur atau tidak. Sebaliknya, pembenahan tanah tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi GKP, hal ini disebabkan teknis pelaksanaan inovasi teknologi pembenahan tanah yang diterapkan petani tidak mengikuti petunjuk, misal pembenahan tanah dan pupuk tidak dicampur rata, apalagi panca usahatani tidak dilakukan dengan baik.
Aplikasi pembenah tanah zeolit sebaiknya tidak dilakukan pada tipologi lahan yang mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) rendah (sekitar 5 cmol (+) kg-1) seperti pada jenis tanah regosol, podsolik merah kuning, letosol cokelat kemerahan.

Prospek penggunaan dan pengembangan pembenah tanah zeolit sangat baik, sebab kenyataanya sudah terjadi kerusakan tanah yang ditandai dengan fenomena levelling-off, dan hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian zeolit berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman.


Oleh karena itu, pemerintah secepatnya menyusun strategi ke depan tentang kebijakan revitalisasi pembenah tanah untuk memperbaiki lahan kritis, sehingga produktivitas lahan dan peningkatan kesejahteraan petani dipertahankan secara berkelanjutan, dan swasembada pangan dapat dicapai dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama.

M. Al - Jabri
Penulis adalah Peneliti Utama – Balai Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian
Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani, 7 Januari 2009

Wednesday 30 November 2011

Controlled-Release Fertilizers Using Zeolites



Controlled-Release Fertilizers Using Zeolites

The U.S. Geological Survey (USGS) has experimented with zeolites to help control the release of fertilizer nutrients in soil. The use of soluble fertilizers can lead to water pollution and to wasted nutrients. Nitrogen, for example, can leach into ground and surface waters, especially in sandy soils, and phosphate may become fixed and unavailable to plants, especially in tropical soils. Zeolites are porous minerals with high cation-exchange capacity that can help control the release of plant nutrients in agricultural systems. Zeolites can free soluble plant nutrients already in soil, and may improve soil fertility and water retention. Because zeolites are common, these unique minerals could be useful on a large-scale in agriculture.

USGS research has experimented with zeolites applied to several different fertilizers including controlled-release nitrogen, controlled-release phosphorous fertilizers, and in the release of trace nutrients.

Controlled-Release Nitrogen Fertilizer

Urea is one of the most common nitrogen fertilizers. It is very soluble in water, and can be leached through the root zone. In addition, urea is converted into ammonium ions by an enzyme found in most soils. Soil bacteria then convert these ammonium ions into readily leachable nitrate ions. Using zeolitic rocks in fertilizer can help prevent these nutrient losses.



A controlled-release nitrogen (N) fertilizer can be produced by heating zeolite rock chips to about 400oC to drive out all zeolite and pore water, which is replaced with molten urea. The urea crystallizes at about 132oC. The rate of nitrogen release from the zeolitic rock is slowed in three ways: (1) by containing urea in the rock pores and zeolite crystals, thus preventing the leaching of urea from the root zone; (2) by slowing the conversion of urea by soil enzymes, thus delaying the formation of ammonium ions; and (3) by taking up ammonium ions onto exchange sites in the zeolite, thus protecting them from nitrifying bacteria. Potassium-saturated zeolite prepared by the above method contains approximately 17 wt. percent elemental N. The rate of N release can be controlled by changing the size of the rock chips.

Controlled-Release Phosphorous Fertilizers

Phosphate (H2PO4) can be released to plants from phosphate rock (P-rock) composed largely of the calcium phosphate mineral apatite by mixing the rock with zeolite having an exchange ion such as ammonium. The approximate reaction in soil solution is as follows: (P-rock) + (NH4-zeolite) = (Ca-zeolite) + (NH4+) + (H2PO4-).

The zeolite takes up Ca2+ from the phosphate rock, thereby releasing both phosphate and ammonium ions. Unlike the leaching of very soluble phosphate fertilizers (for example, super-phosphate), the controlled-release phosphate is released as a result of a specific chemical reaction in the soil. As phosphate is taken up by plants or by soil fixation, thechemical reaction releases more phosphate and ammonium in the attempt to reestablish equilibrium. The rate of phosphate release is controlled by varying the ratio of P-rock to zeolite. Phosphorus is also released from the rock by the lowering of soil pH as ammonium ions are converted to nitrate.



Controlled-release fertilizers were tested in greenhouse pot experiments with sorghum-sudangrass using NH4-saturated zeolite (clinoptilolite) and P-rock with a phosphate application rate of 340 mg P per kg soil, and zeolite/P-rock ratios ranging from 0 to 6. Total phosphate uptake and phosphate concentration measured for the grass were related linearly to the zeolite/P-rock ratio, and yields summed over four cuttings were as much as four times larger than control experiments.

Release of Trace Nutrients

Experiments indicate that zeolite in soil can aid in the release of some trace nutrients and in their uptake by plants. The release of phosphorus, potassium (K), manganese (Mn), zinc (Zn), iron (Fe), and copper (Cu) was enhanced by the presence of zeolite in a neutral soil. The concentration of Cu and Mn in sudangrass (in mg/kg) was significantly related to the zeolite/P-rock (x) in experimental systems that used two different NH4-saturated clinoptilolites, two different soils, and two different forms of P-rock.

Potential Harmful Effects

Zeolites can be harmful as well as helpful to plant growth. For example, zeolites with sodium as the chief exchange ion can be toxic to plants, and K-, Ca-, and NH4-poor zeoIites can scavenge these ions from soil solutions and thereby limit plant growth when used in soils that are deficient in these nutrients. These negative results emphasize the need to use appropriate zeolites during agricultural experimentation.

Source : http://www.usgs.gov

Tuesday 20 September 2011

Pupuk Zeolit, Si Murah Berkhasiat Tinggi untuk Kebun Sawit (bagian 2)

Dadang Gusyana - Information Officer, Indonesian Biotechnology Information Centre (Indo BIC) - member of ISAAA SEAsia Centre, 2005

Areal pertanaman sawit paling banyak mengalami degradasi tingkat kesuburan, baik kesuburan secara fisika, kimia ataupun biologi. Journal of Oil Palm Research mengemuka bahwa degradasi kesuburan lahan selain faktor produktivitas sawit yang tinggi juga disebabkan oleh hilangnya nutrisi pupuk karena terlarut melalui resapan air, perubahan cuaca, tidak ada perawatan tanah, tidak memperbaiki aerasi tanah dan tanah tidak lagi mengandung unsur mikro. Dari penelitian di Malaysia melalui studi kelayakan pada perkebunan sawit dengan menggunakan campuran pupuk dan zeolit di dapatkan perbandingan terbaik adalah NPK : Zeolit = 3 : 2. Hasil penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa zeolit dapat menghemat pupuk dan dapat meningkatkan hasil panen.


Gambar 1: Pada pemupukan tanaman dengan pupuk urea, dalam tanah urea akan membentuk ion amonium (NH4+), ion ini apabila tidak diikat oleh tanah (zeolit) maka akan terbuang percuma lewat air irigasi. Dengan demikian unsur hara yang diberikan lewat pemupukan akan lebih efisien apabila tanah pertanian diberi zeolit. Zeolit tidak hanya mengawetkan unsur N saja, tetapi juga K, Ca dan Mg.

Zeolit mempunyai kemampuan untuk mengawetkan pupuk. Kemampuan ini berarti akan menghemat biaya pemupukan, tetapi perlu diingat bahwa zeolit adalah bahan pedamping pupuk Urea, SP-36 dan KCI, bukan pengganti pupuk tersebut. Zeolit juga digunakan untuk mengurangi tingkat pencemaran logam berat seperti Pb, Cd, Zn, Cu2+, Mn2+, Ni2+ pada lingkungan. Modifikasi zeolit sebagai adsorben anion seperti NO3-, Cl-, dan SO4- telah dikembangkan melalui proses kalsinasi zeolit-H pada suhu 5500C.

Secara kimia kandungan zeolit yang utama adalah: Si02 = 62,75%; Al203 =12,71 %; K20 = 1,28 %; CaO = 3,39 %; Na2O = 1,29 %; MnO = 5,58 %; Fe203 = 2,01 %; MgO = 0,85 %; Clinoptilotit = 30 %; Mordernit = 49 %. Sedangkan nilai KPK antara 80 - 120 me/100 gr, nilai yang tergolong tinggi untuk penilaian tingkat kesuburan tanah. Nilai KPK ini akan menentukan kemampuan bahan tersebut untuk menyimpan pupuk yang diberikan sebelum diserap tanaman. Penelitian lainnya dilakukan oleh Winana, ES dkk, yang berjudul Perbaikain Medium Tanam dan Pertumbuhan Melalui Aplikasi Zeolit, Zeolit diketahui dapat memperbaiki kesuburan tanah antara lain melalui peningkatan kapasitas tukar kation.

Penelitian aplikasi zeolit dilakukan pada pembibitan kelapa sawit untuk mengetahui pengaruhnya terhadap medium tanam dan pertumbuhan serta serapan hara bibit kelapa sawit telah dilakukan di areal pembibitan kelapa sawit kebun percobaan Aek Pancur dengan menggunakan rancangan acak lengkap. Medium yang digunakan adalah tanah Typic Paleudults, Typic Udipsamments, dan Typic Hapludults. Perlakuan aplikasi zeolit terdiri dari 4 taraf dosis yaitu 0, 50, 100, dan 150 g/ polybag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zeolit ke dalam tanah umumnya mampu meningkatkan kandungan hara dalam tanah dan kapasitas tukar kation tanah.

Aplikasi zeolit sebagai bahan pembenah tanah pada pembibitan kelapa sawit tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan serapan hara bibit hingga umur 11 bulan. Namun demikian, secara umum aplikasi zeolit hingga dosis 100 g/polybag cenderung dapat meningkatkan pertumbuhan dan serapan hara bibit dibandingkan dengan perlakuan tanpa aplikasi zeolit, sedangkan aplikasi dengan dosis hingga 150 g/ polybag cenderung menurunkan pertumbuhan dan serapan hara.

Asal Usul Zeolit

Penemuan zeolit di dunia dimulai dengan ditemukannya Stilbit pada tahun 1756 oleh seorang ilmuwan bernama A. F. Constedt. Constedt menggambarkan kekhasan mineral ini ketika berada dalam pemanasan terlihat seperti mendidih karena molekulnya kehilangan air dengan sangat cepat. Sesuai dengan sifatnya tersebut maka mineral ini diberi nama zeolit yang berasal dari kata ‘zein’ yang berarti mendidih dan ‘lithos’ yang berarti batuan. Pada tahun 1784, Barthelemy Faujas de Saint seorang profesor geologi Perancis menemukan sebuah formulasi yang cantik hasil penelitiannya tentang zeolit yang dipublikasikan dalam bukunya “Mineralogie des Volcans”. Akhirnya berkat jasanya, pada tahun 1842 zeolit baru tersebut dinamai Faujasit.

Zeolit telah dipelajari oleh para ahli mineral selama lebih dari 250 tahun. Berikut ini diberikan tahun ditemukannya mineral zeolit .Semenjak awal tahun 1940-an, ilmuwan Union Carbide telah memulai penelitiannya untuk mensintesis zeolit dan mereka berhasil mensintesis zeolit A dan X murni pada tahun 1950, dan setelah itu banyak ditemukan zeolit sintesis jenis baru. Zeolit merupakan senyawa aluminosilikat terhidrasi yang memiliki kerangka struktur tiga dimensi (3D), mikroporous, dan merupakan padatan kristalin dengan kandungan utama silikon, aluminium, dan oksigen serta mengikat sejumlah tertentu molekul air di dalam porinya.

Karena sifat unik dari zeolit, maka zeolit banyak digunakan untuk berbagai aplikasi di industri diantaranya zeolit digunakan di industri minyak bumi sebagai ‘cracking’, di industri deterjen sebagai penukar ion, pelunak air sadah dan di industri pemurnian air, serta berbagai aplikasi lain.

Dalam bidang pertanian, secara umum zeolit fungsi zeolit adalah: (1) Meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air irigasi lahan persawahan, (2) Menjaga keseimbangan pH tanah, (3) Mampu mengikat logam berat yang bersifat meracun tanaman misalnya Pb dan Cd, (4) Mengikat kation dari unsur dalam pupuk misalnya NH4+ dari urea K+ dari KC1, sehingga penyerapan pupuk menjadi effisien, (5) Ramah lingkungan karena menetralkan unsur yang mencemari lingkungan. (6) Memperbaiki struktur tanah (sifat fisik) karena kandungan Ca dan Na, (7) Meningkatkan KPK tanah (sifat kimia), dan (8) Meningkatkan hasil tanaman.

Untuk informasi produk, dosis pemakaian, pemesanan dan harga klik disini

Agriculture and Plant Growing Use Of Natural Zeolite On Sandy Soil

Fields of using the natural zeolite embrace practically all kinds of human activities , and above all in agriculture, plant growing and ecology as follows .
  1. Ameliorant, natural fertilizer structure modifier, radionuclide absorber
  2. Soil deoxidizer (cations of heavy metals in the soil being decontaminated and the soil its elfbeingenriched with micro elements )
  3. Stabilizer of mineral fertilizers
  4. Mineral component of foamed glass and concrete.
  5. Active additive to grouting mortars for well cementing
  6. Abrasive materi al for producing cleaning compositions
  7. Ion exchanger and sorbent for water purification and softening


Natural HOUSEPLANTS preserves water in the soi l , retaining it for along time and supplying plants with it slowly and continuously.
The use of natural zeolite stops washing out of fertilizers from the soil , restores and increases ability of the soil to exchange nutrients for plants .
Natural zeolite prevents diseases of roots of the plants , being a source of micro elements and a soil temperature regulator.

A significant number of exchange bas es : Ca, Mg, Na, K and various microelements whos equantity distinctively exceeds their content in the soil , get into the soil together with zeolite. Thanks to the hghly active sorbent and to the appearance of exchange bases in the soil solution and the solid phase absorbing functions of the soil complex made up by sandy soils are increased.

The practical introduction of cli noptilolite into the soil results in the significant accumulation of mobile and absorbed calcium; it proves that the natural mineral and the soil interact immediately. The natural zeolite acts as an ion exchanger: cations from the clinoptilolite structure are replaced with hydrogen ions of the soil solution and of the soil solid phase. Thus , as a resul t of the cli noptilolite applicati on the content of Ca, K and Mg exchange bases in the soil absorbing complex is si gnificantly increased as compared with the initial one.

So the increase of the calcium content in the soil complex, caused by zeolite applicati on proves that it actively interacts not only with the soil but also with mineral fertilizers . The point in view is the exchange absorption of important-for-plant-nutrition cations introduced into the soil together with fertilizers . This property of natural zeolites is used to prevent losses of nutrient substances while they are accumulated in the soil .

Genetic resources of mineral and organic resources , being, as it is known, main carriers of the soil absorbing capacity are extremely limited in sandy soils , and consequently is limited is the capacity of the soil to absorb and retain nutritive substances . When natural zeolite is introduced into the soil the content of an active mineral fraction having good ion-exchange properties increases , resulting .in the growth of the absorbing capacity of the fertile soil . In practice the greatest increase in cation capacity may be attained when 1 hectare of land is treated wi th 15 tons of zeolite. This method is rather efficient and its effect is preserved for a long time: from 5 to 7 years .

The cation exchange capacity of the soil enriched with zeolite increases at the expense of natural reserves of alkaline earth elements cations as well as due to its elective exchange capacity to absorb and retain nutritive substances from fertili zers that have been introduced into the soil . With the increase of the absorbing capacity of the soil its most important properties improve which is reflected on the growth and heal th of plants .


Pupuk Zeolit, Si Murah Berkhasiat Tinggi untuk Kebun Sawit (bagian 1)

Penggunaan zeolite pada perkebunan kelapa sawit

Dadang Gusyana - Information Officer, Indonesian Biotechnology Information Centre (Indo BIC) - member of ISAAA SEAsia Centre, 2005

Penggunaan pupuk anorganik ditahun 1960 hingga 1990-an yang tidak rasional karena takarannya lebih tinggi dari yang dibutuhkan atau tidak berpedoman pada pemupukan berimbang berdasarkan konsep uji tanah, terbukti telah merusak tanah dan menurunkan efisiensi serapan hara dari pupuk. Bagaimana cara mengatasinya? Praktek konservasi tanah dan air serta penggunaan pembenah tanah dan pupuk organik di Indonesia harus diterapkan oleh petani. Zeolit dapat digunakan pada lahan pertanian terdegradasi sebagai tanah-tanah mineral masam bertekstus kasar dan dapat digunakan sebagai bahan campuran pupuk didasarkan pada sifat zeolit yang berfungsi sebagai soil amendment, sehingga efisiensi pemupukan dapat ditingkatkan.

Pada tahun 1999 zeolit pernah direkomendasikan untuk mendukung ketahanan pangan, tetapi dengan berbagai alasan seperti beredarnya zeolit yang palsu dan tidak ada penyuluhan secara intensif, akhirnya petani tidak menggunakannya lagi. Kehilangan N pupuk dalam tanah dapat ditekan dengan pembuatan pupuk slow release fertilizer (SRF) yang dibuat dari campuran urea dan zeolit. Gagalnya sosialisasi penggunaan zeolit mengakibatkan kandungan C-organik tanah cenderung terus menurun, sehingga terjadi kerusakan tanah.

Kerusakan tanah lebih dipercepat lagi akibat penggunaan pupuk anorganik yang intensif dengan takaran tinggi. Agar kerusakan tanah dapat diperbaiki, maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk meperbaiki sifat-sifat tanah melalui pemberian pembenah tanah tidak hanya zeolit, tetapi hendaknya dikombinasikan dengan pupuk organik (2 ton/ha) dan pupuk anorganik yang takarannya dapat dikurangi sampai 50%, sehingga produksi pertanian dapat ditingkatkan. Jika takaran pupuk yang diberikan 100% dari takaran anjuran maka residu pupuk berakhir lebih lama dengan peningkatan hasil yang lebih tinggi.

Pupuk Urea dan KCl yang diberikan ke tanah yang sebelumnya sudah diberi zeolit, maka kation NH4+-Urea dan kation K+-KCl dapat terperangkap sementara dalam pori-pori zeolit yang sewaktu-waktu dilepaskan secara perlahan-lahan untuk diserap tanaman. Sejumlah kation Al dan Fe tanah yang masuk dalam rongga-rongga ditahan dalam struktur zeolit yang bermuatan negatif, sehingga anion H2PO4- dari pupuk SP-36 sangat sedikit atau belum sempat diikat Al atau Fe akhirnya mudah diserap akar tanaman. Fenomena masuknya kation NH4+ dan K+ di rongga-rongga dalam struktur zeolit disebabkan zeolite clinoptilolite yang mempunyai nisbah Si/Al 4.5-5.0 dan KTK secara teori sekitar 225 cmol(+) Kg-1 mempunyai selectivity (kemampuan menyaring) kation dalam urutan dari besar sampai kecil (Cs>Rb>K>NH4>Ba>Sr>Na>Ca>Fe>Al>Mg>Li).

Zeolit sebagai pembenah tanah adalah mineral dari senyawa aluminosilikat terhidrasi dengan struktur berongga dan mengandung kation-kation alkali yang dapat dipertukarkan. Zeolit sebagai pembenah yang diberikan ke dalam tanah dengan jumlah relatif banyak dapat memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga produksi pertanian dapat ditingkatkan.

Sifat khas dari zeolit sebagai mineral yang berstruktur tiga demensi, bermuatan negatif, dan memiliki pori-pori yang terisi ion-ion K, Na, Ca, Mg dan molekul H2O, sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran ion dan pelepasan air secara bolak-balik. Zeolit mempunyai kerangka terbuka dengan jaringan pori-pori yang mempunyai permukaan bermuatan negatif dapat mencegah pencucian unsur hara NH4+-Urea dan kation K+-KCl keluar dari daerah perakaran, sehingga pupuk Urea dan KCl yang diberikan lebih efisien.

Aplikasi zeolit tidak sama dengan pembenah tanah lainnya (kaptan dan gypsum), sebab zeolit tidak mengalami penguraian dan jumlahnya masih tetap dalam tanah untuk meretensi unsur hara. Aplikasi zeolit berikutnya akan lebih memperbaiki kemampuan tanah untuk menahan unsur hara dan memperbaiki hasil. Zeolit tidak asam dan penggunaannya dengan pupuk dapat menyangga pH tanah, sehingga dapat mengurangi takaran kapur. Pemberian zeolit tidak hanya digunakan sebagai pembawa hara tanaman, tetapi juga sebagai perangkap logam berat (Cu, Cd, Pb, Zn) sehingga penyerapan/pengambilan kedalam rantai makanan dicegah atau berkurang.

Bagaimana manfaat pupuk zeolit pada kelapa sawit?

Bersambung ke bagian 2

Untuk informasi produk, dosis pemakaian, pemesanan dan harga klik disini

Wednesday 6 April 2011

Penggunaan Zeolite pada Pertanian beserta Dosis Pemakaian

Dasar Kebijakan Pemerintah:
  • SK Menteri Pertanian No 07/Kpts/Mentan/Bimas/XII/1998 tanggal 9 Desember 1998
  • Dirjen Tanaman Pangan & Hortikultura No. PR.130.760 .11.1998 tanggal 26 November 1998 telah menyetujui zeolite sebagai bahan pembenah tanah.
Fungsi zeolite bagi lahan pentanian :
  1. Menjaga keseimbangan pH tanah.
  2. Meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air irigasi lahan persawahan.
  3. Mampu mengikat logam berat yang bersifat meracun tanaman misalnya Pb dan Cd
  4. Mengikat kation dan unsur dalam pupuk misalnya NH4+ dan urea K+, KCl dan ion Posphat, sehingga penyerapan pupuk menjadi effisien (tidak boros).
  5. Ramah Iingkungan karena menetralkan unsur yang mencemari Iingkungan.
  6. Memperbaiki struktur tanah (sifat fisik) karena kandungan Ca dan Na.
  7. Meningkatkan KTK tanah (sifat kimia).
  8. Meningkatkan hasil tanaman
Zeolite juga sangat mendukung sistem pertanian, dengan menggunakan zeolite hasil produk pertanian akan lebih optimal.
Cara Penggunaanya :
  1. Penggunaan zeolite sebaiknya dilakukan pada saat pengolahan tanah (Penggarukan) Yaitu dengan cara ditebarkan secara merata dengan dosis sebesar 100 gram/m2
  2. Campurkan dengan pupuk pada saat pemupukan dengan perbandingan sekitar 5% - 20% dari dosis pupuk yang digunakan




Untuk Tanaman Tahunan & Perkebunan :
Berikut Ini adalah Caranya :
  1. Sebagai Pupuk dasar pada lahan yang akan ditanami dengan aa dicampur dengan pupuk tunggal Lainnya (Urea)
  2. Ditebar merata sesuai dosis anjuran pada parit yang dibuat sedalam 20 cm mengelilingi batang tanaman pada lingkaran sesuai dengan proyeksi tajuk daun dan diberikan bersama dengan pupuk tunggal lainnya pada awal musim hujan.
  3. Jika pemberian dilakukan dengan sistem tebar pada permukaan tanah sebaiknya dilakukan pada saat pengolahan tanah atau sebelum penanaman (Sebagaimana point 1).
  4. Jika pemberiannya dilakukan setelah penanaman (umur muda) gunakan system tunggal atau larikan (garis) diantara tanaman dengan kedalaman 5 sampai dengan 10 cm atau dibuatkan parit sedalam 20 cm mengelilingi batang tanaman, selanjutnya pupuk ditebar merata sesuai dengan dosis anjuran.

Dosis penggunaan :

Saturday 26 March 2011

Effect of limestone particle size on egg production and eggshell quality of hens during late production


Effect of limestone particle size on egg production and eggshell quality of hens during late production

F.H. de Witt#, N.P. Kuleile, H.J. van der Merwe and M.D. Fair
Department of Animal, Wildlife and Grassland Sciences, University of the Free State, P.O. Box 339, Bloemfontein 9300, South Africa

Abstract

A study was conducted to determine the influence of different particle size limestone in layer diets on egg production and eggshell quality during the later stages of egg production (>54 weeks of age). Calcitic limestone (360 g Ca/kg), consisting of small (<1.0 mm), medium (1.0 - 2.0 mm) and large (2.0 - 3.8 mm) particles were obtained from a specific South African source that is extensively used in poultry diets Isoenergetic (14.32 MJ AME/kg DM) and isonitrogenous (172.01 g CP/kg DM) diets with a dietary Ca content of 39.95 g Ca/kg DM were used. Sixty nine, individual caged Lohmann-Silver pullets, 17 weeks of age, were randomly allocated to the three treatments (n = 23) for the determination of various egg production and eggshell quality characteristics. Egg production and eggshell quality data recorded on individual basis at 54, 58, 64 and 70 weeks of age were pooled to calculate and statistical analysed parameter means for the late production period. Different limestone particle sizes had no effect on any of the tested egg production and eggshell quality parameters. These results suggested that larger particles limestone are not necessarily essential to provide sufficient Ca2+ to laying hens for egg production and eggshell quality at end-of-lay, provided that the dietary Ca content satisfies the requirements of the laying hen.
________________________________________________________________________________
Keywords: Lohmann-Silver, feed efficiency, egg weight, eggshell thickness, calcification
# Corresponding author. E-mail: dewittfh.sci@ufs.ac.za

Pengaruh Penambahan Zeolite pada Kualitas Telur Puyuh

PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH [The Effect of Zeolit Addition in the Ration on Egg Quality of Quail (Coturnix coturnix japonica)]

Sihombing, G and Avivah, Avivah and Prastowo, S (2006) PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR BURUNG PUYUH [The Effect of Zeolit Addition in the Ration on Egg Quality of Quail (Coturnix coturnix japonica)]. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture, 31 (1). pp. 28-31. ISSN 0410-6320



Abstract

ABSTRAK Sebanyak 125 ekor burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) telah digunakan untuk mengkaji pengaruh pemberian zeolit dalam ransum terhadap kualitas telur. Burung dialokasikan sesuai rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan, lima ulangan dan masing-masing ulangan terdapat lima ekor burung puyuh. Perlakuan yang diberikan adalah penambahan zeolit pada ransum basal pada masing-masing perlakuan yaitu T0 (0%), T1 (2,5%), T2 (5%), T3 (7,5%) dan T4 (10%). Kualitas telur yang diamati adalah berat telur, persentase berat kerabang, persentase berat kuning telur, persentase berat albumen, tebal kerabang, indeks kuning telur, dan indeks albumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan zeolit pada ransum basal sampai level 10% secara umum tidak memberikan pengaruh yang signifikan, tetapi penambahan zeolit sampai level 7,5% akan memberikan pengaruh berbeda pada peningkatan tebal kerabang telur. Kata kunci : zeolit, ransum, telur, burung puyuh ABSTRACT A hundred and twenty five quail (Coturnix coturnix japonica) have been used to study the effect of zeolite addition in a ration on quail eggs quality. The birds were allotted to a completely randomized design, with five treatments, five replications and each replication contained five quails. The treatments were T0 (0%), T1 (2.5%), T2 (5%), T3 (7.5%) and T4 (10%). The parameters of egg quality observed were egg weight, egg shell weight, yolk weight percentage, albumen weight percentage, eggshell thickness, yolk index and albumen index. The results showed that zeolite addition in the ration up to 10% did not significally affect overall egg quality, though the zeolite addition up to 7.5%. eggshell thickness.

Sumber : http://eprints.undip.ac.id

Wednesday 2 March 2011

Agriculture Conditions using Zeolite

Raw material zeolite from Sukabumi mining

ENHANCING OF GROWTH, ESSENTIAL OIL YIELD AND COMPONENTS OF YARROW PLANT (Achillea millefolium) GROWN UNDER SAFE AGRICULTURE CONDITIONS USING ZEOLITE AND COMPOST

E. M. Z. Harb and M. A. Mahmoud
Agricultural Botany Department, Plant Physiology, Faculty of Agriculture, Cairo University, Giza, Egypt

ABSTRACT

The unique cation exchange, adsorption, hydration-dehydration and catalytic operties of natural zeolites (as granules) loaded with micronutrients, have promoted their use in clean agriculture as soil amendments and slow-release fertilizers. This research was conducted in open field to investigate the effects of natural zeolite, organic fertilizer (compost) and combination of them on herb growth, oil yield and components of Yarrow plants (Achillea millefolium). The results indicated that zeolite loaded with micronutrients mixed with organic fertilizer led to significant increase in fresh weight, dry weight,number of flowers, total chlorophylls, carbohydrates content, oil yield as well as major ingredients of essential oil, and mineral nutrients, in comparison with the recommended dose of chemical fertilizers NPK (control) under the same conditions. These results undoubtedly confirm that zeolite and organic fertilizer (compost) mixture could replace the application of chemical fertilizers and consequently improve the quality and quantity of Achillea yield. This application may have direct impacts on safety and efficacy of herbal active constituents which entail for medicinal and aromatic products. Besides minimizing economic costs and pollution of agricultural environment.

Key words: Achillea millefolium , chemical fertilizers, organic fertilizer, yarrow plant , zeolite.

Tuesday 14 December 2010

Manfaat Zeolite pada Tanah, Tanaman, Ternak dan Tambak


Bahan baku zeolite dari lokasi tambang Cikembar, Sukabumi ex PT Khatulistiwa Hijau Prima

Zeolite pertama kali ditemukan pada tahun 1756 oleh seorang ahli mineralogy swedia bernama cronsdet. Nama zeolite berasal dari dua kata yunani, yaitu zein (mendidih) dan lithos (batuan), karena mineral ini memiliki sifat mendidih/mengembang saat dipanaskan (diaktivasi).

Dengan majunya penemuan teknologi, zeolite disebut dengan nama mineral serba guna, karena fungsinya yang sangat beraneka ragam, seperti untuk :
* Pertanian.
* Perkebunan.
* Perindustrian.
* Peternakan.
* Perairan (pertambakan dan perikanan).
* Pengolahan air bersih.
* Dan lain-lain.

MANFAAT PADA TANAH
* Membenahi kondisi tanah (fisik, kimia dan biologi tanah).
* Meningkatkan hara tanaman dan kafasitas tukar ion (ktk).
* Mempengaruhi sifat kimia tanah seperti peningkatan kalsium (Ca), kalium (K), penurunan alumunium (Al).
* Mengurangi keracunan logam berat dan tingkat kelarutan ion Fe dan Al.
* Memelihara kelestarian lingkungan.

MANFAAT PADA TANAMAN
* Meningkatkan produktivitas dan kualitas produk.
* Mempercepat pertumbuhan tanaman.
* Meningkatkan ketahanan tanaman dari hama/penyakit.
* Mengefisienkan penggunaan pupuk.
* Melepaskan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman secara teratur dan perlahan.
* Mengurangi hilangnya pupuk karena terbawa arus air.

Komposisi pemakaian

Dalam pemakaian, zeolite ini tidak sendiri, tetapi digabung dengan kebutuhan vitamin, pupuk, dan mineral lain.

Komposisi campuran: Urea : SP-36 : KCl : Zeolite = 200 :100 : 125 : 300

Hasil

* Ketersediaan hara N mneingkat hingga 63 %
* Peningkatan hasil produksi sebesar 20 – 30 %
* Menstabikan ph tanah
* Berat seribu butir gabah naik hingga 15 %
* Gabah hampa turun hingga 36 %
* Rendeman beras naik hingga 11 %

MANFAAT PADA TERNAK
* Mempercepat pertumbuhan/ pertambahan berat badan.
* Meningkatkan kesehatan dan ketahanan terhadap diarchea dan pernafasan.
* Meningkatkan selera makan dan vitalitas.
* Memperlancar proses pencernaan dan penyerapan makanan.
* Mempertinggi mutu daging/kualitas.
* Meningkatkan efisiensi penggunaan pakan.
* Meningkatkan produksi susu (sapi) dan telur ayam.
* Membuat tinja lebih kering dan mengurangi bau.
* Menurunkan mortalitas.
* Memperkeras kulit telur (unggas).

Zeolite dicampurkan pada pakan sebanyak 5 – 10 %

MANFAAT PADA TAMBAK
* Meningkatkan kelangsungan hidup benur
* Meningkatkan produksi tambak udang
* Menyerap unsur NH4, H2S, besi, dan logam
* Merawat dan membersihkan kotoran dan sisa pakan
* Mengurangi kandungan amoniak dalam media budi daya ataupun media transportasi ikan/udang, sehingga berpengaruh pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang/ikan serta hewan air lainnya yang bersifat ammonotelic
* Mengurangi kebutuhan air dalam kegiatan budi daya perairan intensif
* Makanan tambahan

Untuk merawat dan membersihkan kotoran dan sisa pakan, ditebarkan Zeolite sebanyak 50 kg/m 2/minggu.
Untuk tambak baru atau setelah panen, pada dasar tambak ditebarkan Zeolite sebanyak 500 kg/ha.


Artikel lainnya:




Pupuk Zeolit, Si Murah Berkhasiat Tinggi Untuk Kebun Sawit (Bagian 2)
Agriculture And Plant Growing Use Of Natural Zeolite On Sandy Soil
Pupuk Zeolit, Si Murah Berkhasiat Tinggi Untuk Kebun Sawit (Bagian 1)
Penggunaan Zeolite Pada Pertanian Beserta Dosis Pemakaian
Effect Of Limestone Particle Size On Egg Production And Eggshell Quality Of Hens During Late Production
Pengaruh Penambahan Zeolite Pada Kualitas Telur Puyuh
Agriculture Conditions Using Zeolite
PT KHATULISTIWA HIJAU PRIMA
Manfaat Zeolite Pada Tanah, Tanaman, Ternak Dan Tambak
Cara Mudah Membuat Pupuk Organik Cair (POC)
Usaha Pembuatan Pupuk Organik Instan
Manfaat Zeolite Pada Bidang Pertanian
Menghitung Kebutuhan Kompos
Standar Pupuk Organik Granul Perlu Direvisi
Go Organik 2010 Tidak Mencapai Target
Mau Jadi Profesional Atau Entrepreneur ?
Clinoptilolite Zeolites
Potensi Zeolit Untuk Mengolah Limbah Industri Dan Radioaktif
Indonesia Belum Serius Memanfaatkan Zeolit
Peresmian Laboratorium Bahasa Dan Multimedia Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Kab. Sukabumi
Sekolah Bertaraf Internasional ( SBI ) Kabupaten Sukabumi
Tegalbuled Miliki Pabrik Rp 50 Juta Dollar
Zeolit Sebagai Mineral Serba Guna
These Are The Members Of The Zeolite Group
The Zeolite Group Of Minerals
Etika Bisnis Dalam Islam
Inquiry About Lead Ore
Cintakan Allah Sungguh Agung
Maukah Anda Berpenghasilan Besar Dan Luar Biasa?
Kunci Sukses
Guest Book
Exchange link
Daftar Isi

Monday 30 August 2010

Cara Mudah Membuat Pupuk Organik Cair (POC)

Pupuk konvensional, kimiawi, sintetis, artifisial, setelah memberikan “keajaiban” di masa “revolusi hijau”, ternyata menghasilkan banyak masalah. Pertama menurunkan kesuburan tanah, selanjutnya… ketergantungan, harga mahal, barang langka, marak pemalsuan, dan silakan teruskan sendiri.

Lalu, kenapa tidak membuatnya dengan tangan sendiri. Bahannya, mudah didapat di sekitar kita.

Berikut, salah satu cara mudah membuat pupuk organik (organic fertilizer) dalam wujud cair.
Bahan dan alat:
  1. Kotoran domba/kambing
  2. Air bersih (dalam artian tidak tercemar bahan kimia beracun/berbahaya)
  3. Ragi tape (boleh ditambah bioaktivator seperti yang banyak dijual di pasar, kalau ada)
  4. Tong/drum ukuran volume 100-120 liter

Hanya dengan empat langkah sederhana yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Klik pada gambar untuk memperbesar tampilan):



Setelah satu pekan, pupuk dapat digunakan. Paling cocok untuk diterapkan pada tanaman hortikultura.

Sebelum digunakan untuk memupuk, campurkan 15 cc air POC ke dalam 1 liter air. Berikan pada tanaman 1 minggu 1 kali. Manfaatnya adalah keniscayaan.

sumber : http://dusunlaman.net

Usaha Pembuatan Pupuk Organik Instan

Gerakan gaya hidup sehat sedang melanda dunia, yang bertemakan " back to nature." Trend baru tersebut telah bermunculan, dimana masyarakat meng-iginkan sesuatu makanan yang benar-benar alami, bebas dari zat kimia, pestisida, hormon, dan pupuk kimia. Trend ini sejalan dengan Go Organic 2010 yang merupakan kebijakan yang dicanangkan pemerintah. Melihat fenomena seperti ini menjadikan prospek usaha pupuk organik sangat bagus. Hal ini dikarenakan masyarakat makin memperhatikan kesehatan sehingga akan memilih produk organik seperti beras, sayur, maupun buah-buahan yang menggunaan pupuk organik karena hasil produknya lebih menyehatkan bagi kesehatan tubuh. Disisi lain permintaan akan penggunaan pupuk organik semakin meningkat karena masyarakat terutama kalangan petani maupun penghobi tanaman hias yang menyadari bahwa penggunaan pupuk kimiawi dalam rentang waktu yang lama tidak memberi kontribusi positif tapi malah membuat pengerasan tanah yang membutuhkan waktu lama untuk pemulihan.

Penggunaan pupuk organik menjadi pilihan yang tepat. tidak salah, apabila usaha ini makin prospektif, karena semakin banyak orang yang tertarik untuk berkecimpung dibidang tanaman. Meskipun berprospek namun usaha pupuk organik ini belum ketat persainganya. Bahkan pupuk organik yang diproduksi saat ini hanya bisa memenuhi 3% dari kebutuhan.

Kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan antara lain:(1) memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan, (2) mem-perbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai, (3) menambah daya ikat air pada tanah, memperbaiki drainaise dan tata udara dalam tanah, (4) mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, (5) mengandung hara yang lengkap (6) membantu proses pelapukan bahan mineral, (7) memberi keter-sediaan bahan makanan bagi mikroba, (8) menurunkan aktivitas mikro-organisme yang merugikan.

Pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat dari beberapa bahan dasar seperti kotoran hewan, urine hewan dan hijauan (tanaman seperti rumput-rumputan, alang-alang, dan limbah sayur-sayuran). Sehingga, pupuk organik me-miliki nilai plus dibanding pupuk kimiawi karena bahan-bahan alami yang digunakanya. Beberapa tahun belakangan ini, usaha pupuk organik sedang naik daun, karena menigkatnya permintaan dari masyarakat. Apalagi dengan semakin sering terjadinya bencana alam sehingga masyarakat berpikir ulang tentang dampak penggunaan bahan-bahan kimia terhadap kelangsungan alam.

Penggunaan pupuk kimiawi dalam rentang waktu panjang akan membuat waktu bertahun-tahun untuk menggemburan tanah yang menyebabkan hasil pertanian tidak maksimal.

Selama ini banyak dari produsen pupuk organik khususnya yang berasal dari kotoran sapi cenderung hanya menjemur langsung dijual tanpa melalui pengolahan dan penambahan nutrisi. Memang, pupuk organik memiliki kelebihan jangka panjang yaitu menggemburkan tanah tetapi pupuk organik juga memiliki kelemahan yakni kurangnya kandungan Phosfor (P), kalium dan kandungan nitrogen. Contohnya kandungan N dalam kotoran sapi yang hanya sekitar 6% sedangkan pada Urea mencapai 45% sehingga akan lebih baik jika diberikan tambahan nutrisi.

Melalui beberapa proses diatas, pupuk organik dengan bahan dasar kotoran sapi siap untuk dipasarkan.

Pupuk organik kompos instan merupakan hasil fermentasi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik.. Pemasaran pupuk organik instan siap tabur dan praktis dengan bahan dasar kotoran sapi ini terbagi menjadi tiga jalur yaitu: langsung kepada konsumen, melalui pengecer, dan melalui distributor.

Selama ini banyak dari produsen pupuk organik khususnya yang berasal dari kotoran sapi cenderung hanya menjemur langsung dijual tanpa melalui pengolahan dan penambahan nutrisi. Memang, pupuk organik memiliki kelebihan jangka panjang yaitu menggemburkan tanah tetapi pupuk organik juga memiliki kelemahan yakni kurangnya kandungan Phosfor (P), kalium dan kandungan nitrogen.
Contohnya kandungan N dalam kotoran sapi yang hanya sekitar 6% sedangkan pada Urea mencapai 45% sehingga akan lebih baik jika diberikan tambahan nutrisi.

Langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan untuk menghasilkan pupuk yang memiliki nilai tambah yaitu: (1) Siapkan tiga tempat (wadah) dengan ukuran 1x1 m dengan kedalaman 1 m lalu alasi dengan daun pisang. (2) Masukkan kotoran Sapi dengan volume seperempat (25 cm) dari kedalaman wadah, kotoran sapi lalu dicampurkan dengan tepung tulang sebanyak 1-2%, sekam bakar sebanyak 3% dan juga EMP 4 (mikroorganisme) yang dicairkan dengan takaran 4 liter untuk 1 ton kotoran Sapi. EMP 4 berfungsi untuk mempercepat proses composting (pembusukkan). Tepung tulang berguna untuk menambahkan kandungan P (fospor), sedangkan sekam bakar berguna untuk menambahkan kan-dungan K (kalium) pada pupuk organic. Bahan-bahan seperti tepung tulang, tepung darah dan EMP 4 dapat diperoleh ditoko-toko bahan kimia. (3) Setelah semua bahan tambahan dicampurkan lalu dimasukkan kedalam wadah selama 1 minggu lalu bagian atasnya ditutup dengan daun pisang, plastik atau naungan agar tidak terkena hujan supaya benar-benar kering. (4) Setelah 1 minggu lalu dipin-dahkan ke wadah ke dua sambil diaduk. Pemindahan kotoran sapi ke wadah lainya dilakukan setelah didiamkan selama 1 minggu. (5) Setelah 4 minggu, pupuk kompos dapat dipanen dengan penyusutan kadar air sebanyak 70%, sehingga dari 1 ton kotoran sapi kita akan memperoleh 300 kg kompos kering. (6)Pupuk kompos yang sudah jadi ini maka kandungan nutrisi sudah terpenuhi kekurangan kandungan N dan P sehingga akan lebih bagus untuk menggemburkan tanah dan meningkatkan hasil tanam.

Semoga bermanfaat.

Wednesday 11 August 2010

Manfaat Zeolite pada Bidang Pertanian

Zeolit alam yang karakteristik dalam hal kristalinitas, ukuran pori, sesuai dengan struktur dan komposisi Si atau Al. Struktur zeolit yang berpori dengan molekul air didalamnya, melalui pemanasan menyebabkan molekul air mudah lepas sehingga menjadikan zeolit spesifik sebagai adsorben, molecular sieving, penukar ion, dan katalisator (Mumpton, 1978).

Karakteristik yang unit inilah menyebabkan zeolit banyak manfaatnya, di bidang pertanian, sebagai soil kondisioner dan pelepas lambat pupuk, di perikanan, sebagai penyerap unsur-unsur beracun hasil sekeresi binatang, di bidang industri sebagai penyerap bau-bauan, water treatmen, penyaring limbah dan lain sebagainya.

Zeolite Powder adalah salah satu produk dari Zeolit Indonesia yang sudah diolah dan diaktivasi sedemikian rupa sehingga memiliki kemampuan yang maksimal. Selain itu zeolit yang digunakan oleh PT Khatulistiwa Hijau Prima adalah zeolit yang berasal dari sumber/deposit zeolite di wilayah Cikembar, Sukabumi, Jawa Barat yang sudah diakui di dunia Internasional.

Komposisi mineral zeolit rata-rata dari Indonesia hampir sama yaitu :
SiO2, Al2O3, Fe2O3, K2O, TiO2, MgO, CaO, Na2O.

Umumnya perbedaan antara sumber/deposit yang satu dengan yang lain adalah dalam jumlah kandungan, porositas, serta KTK. Perbedaan inilah biasanya yang menyebabkan apakah zeolit itu memiliki kemampuan yang baik atau kurang kurang baik.
Zeolit merupakan kristal aluminosilikat terhidrasi yang mengandung kation alkali dan alkali tanah dalam kerangka tiga dimensinya, secara empiris mempunyai rumus sebagai berikut :

Mx/n[{AlO2}x{SiO2}y]. zH2O

Dimana, Mx/n: kation golongan IA dan IIA dalam sistem periodik, n: valensi logam alkali, x: bilangan tertentu alumina dari 2-10, y: bilangan tertentu silika dari 2-7, z: jumlah molekul air.


Struktur dan Sifat Zeolit Alam

Struktur zeolit dapat digambarkan seperti sarang lebah dengan saluran-saluran dan rongga-rongga yang dihasilkan oleh sambungan-sambungan kaku tetrahedral (Dyer, 1994). Struktur kristal dari mineral zeolit termasuk anggota kelas aluminosilikat. Umumnya zeolit tersusun oleh satuan unit pembangun primer yang merupakan satuan unit terkecil tetrahedral SiO4 dan AlO4. Dalam struktur zeolit, atom Si dan O tidak memiliki muatan,sedangkan atom Al bermuatan negatif sehingga struktur rantai aluminosilika tersebut akan dinetralkan oleh kation (contoh Na+, Ca+, dan K+).

Pada tahun 1967, Meier mengklasifikasikan dan mengilusterasikan struktur zeolit berdasarkan susunan unit pembangunnya, yaitu: unit pembangun primer, sekunder, dan tersier.

  1. Unit pembangun primer berupa tetrahedral SiO4 dan AlO4 yang merupakan satuan unit terkecil.
  2. Unit pembangun sekunder terbentuk dari rangkaian unit pembangun primer dengan cara setiap satu atom oksigen secara bersama sebagai sudut dua tetrahedral, membentuk cicin tunggal maupun ganda dengan 4, 5, 6, dan 8 tetrahedral.
  3. Unit pembangun tersier atau struktur ruang terbentuk dari ikatan unit pembangun sekunder satu sama lain dengan berbagai kombinasi. Kristal zeolit merupakan rangkaian tiga dimensi unit tersier tersebut (Subagjo, 1993).

Adapun bentuk-bentuk dasar yang terkombinasi akan membentuk kristal berpori dengan pola dan dimensi saluran-saluran sejajar yang saling terhubungkan oleh saluran lain yang tegak lurus dengan variasi ukuran tertentu. Molekul tamu, yaitu molekul yang teradsorpsi atau bereaksi dengan bantuan permukaan zeolit, berdifusi menyusuri saluran pori untuk mencapai permukaan dalam zeolit. Pengelompokan sistem pori zeolit berdasarkan dimensi arah difusi molekul tamu di dalam kristal zeolit dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sistem pori satu dimensi, sistem pori dua dimensi, dan sistem pori tiga dimensi, seperti ditunjukkan dalam gambar 2. (Subagjo, 1993).

Berdasarkan ukuran pori zeolit terbagi tiga kelompok besar, yaitu sistem pori cincin 8 oksigen, sistem pori 10 oksigen, dan sistem pori cincin 12 oksigen (Subagjo, 1993).

Zeolit alam mempunyai struktur kristal berdimensi tiga dengan pori-pori yang banyak. Struktur zeolit yang berpori dengan cairan di dalamnya mudah lepas karena pemanasan sehingga sifatnya spesifik, yaitu dapat menyerap bahan lain yang ukuran molekulnya lebih kecil dari ukuran porinya (Dorfner, 1991).

Zeolit sebagai padatan anorganik yang berwarna kebiru-biruan memiliki sifat-sifat yang sangat unik, diantaranya adalah sangat berpori, mempunyai kemampuan menukar ion, keasaman, dan mudah dimodifikasi.

Penukar zeolit yang luas (sangat berpori) dikarenakan adanya rangkaian-rangkaian dari unit pembangun primer tetrahedral silika dan alumina. Pori-porinya berukuran molekul yang terbentuk dari tumpukan cincin beranggotakan 6, 8, 10, atau 12 tetrahedral (Barrer,1982).

Saluran pori pada zeolit berisi molekul air terbentuk akibat proses hidrasi udara disekeliling kation penukar. Melalui pemanasan air akan terurai dan saluran-saluran pori akan mengadsorpsi pada permukaan dalam dari ruang (Prayitno, 1989).

Zeolit mempunyai selektivitas tinggi dan sering digunakan untuk mengisolasi kation-kation yang diikat. Menurut Mumpton dan Fishman (1978), pertukaran zeolit bersifat membuka ikatan kerangka tetrahedralnya sehingga dapat terurai atau bertukar dengan mudah oleh pencucian suatu larutan yang kuat. Artinya, zeolit dapat memberikan ion-ion logam dengan adanya penambahan larutan garam (Prayitno, 1989).

Zeolit bersifat sebagai padatan asam Bronsted melalui pengaturan perbandingan Si/Al dalam kerangka kristal. Tetapi cara ini hanya diterapkan pada zeolit yang kaya silika, karena tahan oleh asam (Subagjo,1993).

Sifat-sifat tersebut menjadikan zeolit banyak digunakan dalam proses-proses dasar seperti dalam proses adsorpsi, pertukaran kation, katalis yang selektif dengan memanfaatkan pusat asam dan sebagai ayakan molekul.

Tuesday 27 July 2010

Menghitung Kebutuhan Kompos

Cara Pemakaian dan Menghitung Kebutuhan Kompos

Cara pemakaian kompos, sebaiknya disesuaikan dengan keadaan jenis tanah dan kandungan C organik dalam tanah tersebut, disamping juga harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing jenis tanaman.

Tiap-tiap tanaman memerlukan kandungan bahan organik yang berbeda-beda. Tanaman sayuran apabila tidak dipupuk dengan pupuk organik sama sekali pertumbuhannya tidak akan sebaik tanaman yang mendapat pupuk organik.

Tanaman bunga seperti antara lain Azalea atau Anthurium, pertumbuhannya akan sangat baik pada media yang 100 persen terdiri dari bahan organik. Apabila medianya tercampur dengan tanah, pertumbuhannya kurang optimal. Beberapa tanaman lainnya akan tumbuh dengan baik apabila kompos ditambah dengan tanah dengan perbandingan 1:1. Disamping itu ada juga tanaman yang menghendaki kompos dicampur dengan tanah dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1.

Sementara itu tiap-tiap jenis tanah memiliki keadaan kesetimbangan kandungan bahan organik sendiri-sendiri. Pada tanah-tanah abu vulkanik (Andisol) seperti tanah di Lembang, kandungan C organik tanah (ideal), tidak akan sama dengan kandungan C organik tanah (ideal) pada jenis tanah Inseptisol di Banjaran, misalnya.

Sehingga jumlah pemberian pupuk organik pada tiap tanaman dan pada berbagai jenis tanah tidak akan sama.

Untuk menentukan tingkat kandungan C organik dalam tanah, harus dilakukan dengan analisa laboratorium.

Untuk mengetahui berapa kebutuhan pupuk C organik, dapat dilakukan dengan cara mempergunakan rumus sbb:

Kebutuhan Kompos (C organik) = C organik Tanah x 1.724 x 20 cm x 10.000 m2

C organik tanah = ditentukan berdasarkan hasil analisa tanah di laboratorium
1.724: konstanta 20 cm: kedalaman lapisan olah tanah 10.000 m2: Luas areal

Sebagai ilustrasi, apabila hasil analisa laboratorium tanah diketahui kandungan C organik tanah di suatu tempat adalah 2.56 %, Maka menghitung kandungan C organik tanah dalam lapisan olah (20 cm) seluas 1 ha adalah:

Kandungan C organik lapisan olah tanah adalah = 2.56 x 1,724 x 20 x 10.000 = 8.800 kg /ha = 8.8 ton / ha

Sementara itu ada juga yang mengelompokan tingkat kandungan bahan organik tanah secara umum, seperti dapat dilihat pada tabel berikut:

Kandungan Organik Tingkat Setara Dengan
(% Berat Tanah)
Ton / ha
Metoda Welkley - Black




> 20 Sangat Tinggi > 68.9
10 – 20 Tinggi 34.48 – 68.9
4 – 10 Sedang 13.79 – 34.48
2 - 4 Rendah 4.34 – 13.79
min 2Sangat Rendah min 4.34

Sumber: Metson (1961) dalam Brooker Tropical Soil Manual 1984

Dengan demikian rekomendasi pemberian pupuk organik dilakukan berdasarkan kekurangan kandungan C organik dalam tanah. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan bahwa bila berdasarkan analisa laboratorium tanah, kandungan C organik tanah adalah 2.56 % setara dengan 8.8 ton / ha, maka berdasarkan keadaan tingkat kesuburan C organik tanah, kandungan organik tanah berada pada tingkat rendah.

Berapa persisnya kebutuhan pupuk Organik, adalah sangat tergantung kepada jenis tanah dan jenis tanaman. Keadaan ini baru akan diketahui dengan lebih akurat apabila dilakukan pengujian lapangan. Tetapi dengan bantuan panduan tingkat kesuburan tanah pada tabel 5 di atas, dapat diketahui secara umum bahwa untuk mencapai tingkat kesuburan C organik tanah sedang, yaitu 13.79 s/d 34.48 ton / ha, maka diperlukan penambahan pupuk organik sebesar = (13.79 s/d 34.48 ) – 8.8 ton = 4.99 s/d 25.4 ton /ha.

Sumber : http://lestarimandiri.org/id/pupuk-organik/92-pupuk-organik/230-menghitung-kebutuhan-kompos.html

Monday 26 July 2010

Standar Pupuk Organik Granul Perlu Direvisi

Di dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/SR.130/5/2009 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah, dikenal istilah Pupuk Organik Granul. Pupuk organik didefinisikan sebagai pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan/atau kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral alami dan/atau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Permentan No. 28/Permentan/SR.130/5/2009 lahir dalam rangka mendukung program subsidi pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah kepada petani yang diberikan melalui Departemen Pertanian. Para produsen pupuk organik granul harus memperhatikan Permentan tersebut. Namun sayangnya, di dalam persyaratan teknisnya pada beberapa hal masih terdapat informasi yang mengundang banyak pertanyaan sehingga perlu direvisi.

Berdasarkan Permentan No. 28/Permentan/SR.130/5/2009, beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam POG antara lain adalah rasio C/N, kandungan bahan ikutan, kandungan unsur mikro, kandungan organisme patogen, kandungan organik, dan kadar air.

Dalam Permentan tersebut, pupuk organik granul dibagi menjadi dua kelompok yaitu pupuk organik granul biasa (tanpa tambahan mikroba fungsional) dan pupuk organik granul dengan tambahan mikroba fungsional (seperti mikroba penambat N2 bebas, mikroba pelarut P, mikroba penyedia K dan sebagainya). Perbedaan kedua kelompok tersebut dalam persyaratan teknisnya hanya pada kriteria kandungan mikroba fungsional dan kadar air.

Kadar Air
Kadar air yang diperbolehkan dalam pupuk organik granul murni adalah antara 4-15%, sedangkan untuk pupuk organik granul yang diperkaya mikroba adalah 10-20%.

Batasan kadar air serendah itu untuk proses produksi pupuk organik granul dari kompos perlu dikritisi karena dalam proses pembuatannya boros energi dan mematikan kandungan beraneka ragam mikroba positif bawaan (native microbe) kompos yang digranulkan. Mengapa boros energi dan mematikan aneka mikroba?

Hal itu disebabkan karena untuk mengejar persyaratan tersebut, para produsen pupuk organik granul biasanya menggunakan mesin pengering dengan suhu hingga 100-200oC sehingga memerlukan pasokan energi yang cukup tinggi. Pasokan energi yang tinggi berarti pasokan biaya yang tinggi pula.

Sementara itu, dengan ekspos suhu di atas 100oC selama beberapa detik atau menit di mesin pengering, aneka ragam mikroba positif yang terdapat di dalam pupuk organik granul akan mati. Padahal mikroba-mikroba yang terdapat dalam kompos sangat bermanfaat dalam peningkatan kesuburan tanah.

Dengan demikian, implikasi dari persyaratan kadar air tersebut telah membawa pada konsekuensi logis pada pemborosan energi dan matinya aneka mikroba positif. Oleh karena itu hendaknya persyaratan kadar air dalam Permentan tersebut tidak serendah itu, tetapi ditingkatkan menjadi lebih tinggi lagi misalnya 20-30% (baik bagi pupuk organik granul murni maupun pupuk organik granul yang diperkaya mikroba).

Penentuan kadar air serendah itu mungkin cocok bagi industri pupuk kimia granul, bukan pupuk organik granul, yang memang bebas dari mikroba dan memerlukan bentuk yang kompak, bulat, dan keras.

Kandungan Mikroba Fungsional
Kandungan mikroba fungsional (penambat N, Pelarut P, atau Penyedia K) di dalam pupuk organik granul hasil pengayaan, minimal sebanyak 103/gram. Penambahan mikroba fungsional tersebut tentunya akan lebih efektif lagi kalau mikroba positif penghuni kompos tidak keburu mati pada saat pengeringan granul.

Dan seandainya tanpa pengeringan dengan suhu tinggi (dalam rangka menuju kadar air yang distandarkan), pupuk organik granul murni (sekalipun tanpa penambahan mikroba fungsional) secara alami telah membawa mikroba fungsional pula dengan jenis yang sangat beraneka ragam dan relatif adaptif.

Selain itu, seandainya pengeringannya dilakukan dengan suhu yang tidak terlampau tinggi, penambahan mikroba fungsional dapat dilakukan pada tahap granulasi sehingga tahap pengayaan mikroba setelah proses pengeringan dapat ditiadakan. Hal tersebut berarti juga akan menghemat ongkos produksi pupuk organik granul.

Rasio C/N
Dalam Permentan, rasio C/N yang biasanya terkait dengan tingkat kematangan produk kompos tidaklah mendapat perhatian yang serius sehingga nilainya relatif longgar dan rancu. Terkait dengan hal tersebut, di persyaratan disebutkan bahwa kandungan rasio C/N pupuk organik granul antara 15-25.

Rasio C/N dengan ambang batas atas sebesar 25 terlalu longgar karena biasanya dengan nilai sebesar itu dalam kacamata komposting, komposnya belum begitu matang. Sementara itu pembatasan rasio C/N pada batas bawah 15 adalah rancu, karena sebenarnya rasio C/N akan semakin baik jika semakin mendekati rasio C/N tanah (sekitar 10).

Cara pandang terhadap besaran rasio C/N tidak bisa dilepaskan dengan kriteria kompos matang karena bahan baku pupuk organik granul adalah kompos. Umumnya kriteria kompos yang telah matang adalah di bawah angka 20, dan tanpa ambang batas bawah.

Tingkat Keasaman (pH)
Di dalam Permentan tingkat keasaman pupuk organik granul terlalu longgar rentangnya yaitu antara 4-8. Hal ini juga mengundang pertanyaan karena nilai pH 4 merupakan nilai yang cukup ekstrim (karena sangat asam) bagi kehidupan organisma sehingga pemakaiannya untuk tanaman pada keasaman tersebut perlu dipertimbangkan dengan baik. Jika pH-nya masih serendah itu, tanaman yang dipupuk bisa mati. Standar keasaman yang baik adalah antara 6,5- 8,0.

Kandungan Unsur Makro (C, N, P2O5 dan K2O)
Kandungan C dalam pupuk organik granul minimal 12%. Nilai kandungan C, terutama C-organik, dalam POG akan memberikan indikasi besarnya kandungan material organik, karena dalam persyaratan pupuk organik granul tidak ada kriteria kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan C akan semakin tinggi kandungan bahan organik.

Lain halnya dengan kandungan C, kandungan unsur N, dan senyawa P2O5 dan K2O justru dibatasi tidak boleh lebih dari 6%. Pernyataan tidak boleh melebihi 6% tidak jelas alasannya, karena biasanya yang dibatasi adalah kandungan minimumnya dan dibiarkan tidak ada batas atasnya. Hal tersebut terkait dengan penyediaan unsur N, P dan K yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Semakin besar kandungan unsur NPK dalam beberapa hal tentunya sangat baik bagi pemupukan.

Kandungan Bakteri Patogen
Nilai ambang kandungan fecal Coli dan Salmonella masing-masing adalah tidak boleh melebihi 100 MPN/gr. Bakteri Coli dan Salmonella adalah bakteri yang berasal dari saluran pencernaan manuasia dan hewan mamalia lainnya yang dapat menyebabkan sakit perut.

Keberadaan kedua bakteri tersebut mengindikasikan bahwa material tersebut tercemar oleh material fekal (kotoran). Oleh karena bahan baku pupuk organik granul biasanya adalah kotoran hewan, maka kemungkinan pupuk organik granul yang diproduksi juga mengandung bakteri patogen tersebut. Jika kedua macam bakteri tersebut terdeteksi dalam jumlah yang banyak, kemungkinan besar material tersebut juga tercemar oleh jenis bakteri patogen lainnya.

Kandungan bakteri patogen dapat diminimalisir atau dibasmi dengan proses komposting aerobik yang terkendali. Dalam proses komposting aerobik akan terjadi efek pasteurisasi selama beberapa hari yang dapat mematikan bibit-bibit penyakit patogen.

Tabel Kriteria POG menurut Permentan No. 28/Permentan/SR.130/5/2009



Sumber : http://sriwahyono.blogspot.com

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More